Bantuan Asing Bukan Ancaman Kedaulatan
Kekhawatiran bahwa bantuan asing akan mengganggu kedaulatan adalah kekeliruan. Dalam konteks bencana, bantuan itu hadir sebagai penguat, bukan pengganti pemerintahan. Sejarah mencatat, bahkan negara maju sekalipun kerap membutuhkan bantuan saat krisis besar melanda. Jepang saat gempa, AS saat badai dahsyat.
Ini praktik universal. Saat bencana luar biasa terjadi, negara-negara saling membantu. Itu bentuk solidaritas kemanusiaan dasar. Kedaulatan tidak lantas berkurang hanya karena ada tim medis asing merawat korban atau relawan membantu membangun hunian darurat.
Kuncinya satu: bantuan asing harus dikendalikan oleh otoritas nasional. Harus selaras dengan rencana tanggap darurat Indonesia dan dikordinasikan sepenuhnya dengan pemerintah. Dengan begitu, bantuan itu jadi pelengkap yang efektif.
Apa yang Harus Dilakukan?
Kebijakan publik yang bijak bukanlah yang menutup diri. Melainkan yang mampu mengerahkan segala sumber daya dari mana pun untuk menyelamatkan nyawa rakyatnya.
Masyarakat perlu melihat dua hal ini bersamaan.
Pertama, kita patut bangga pada kemampuan bangsa sendiri. Upaya BNPB, relawan lokal, TNI/Polri, dan partisipasi warga adalah cermin kekuatan kita yang sesungguhnya.
Kedua, tak perlu alergi pada kata “asing” dalam bantuan kemanusiaan. Bantuan itu bukan ancaman. Ia justru peluang untuk mempercepat pemulihan dan meminimalkan penderitaan. Ia menunjukkan bahwa dalam tragedi global, solidaritas manusia bisa mengatasi sekat-sekat negara.
Solidaritas sebagai Cermin Peradaban
Pada akhirnya, sikap kita terhadap bantuan internasional adalah cermin nilai yang kita pegang. Apakah kita memilih nasionalisme yang eksklusif, yang menolak bantuan karena takut dianggap lemah? Atau nasionalisme yang inklusif, yang mengakui bahwa kekuatan terbesar kadang justru lahir dari kerja sama dengan komunitas global untuk menyelamatkan manusia?
Setiap nyawa yang melayang karena penolakan bantuan adalah pertanyaan moral yang harus dijawab pemerintah. Dan setiap tangan yang terulur dari luar negeri bukanlah pengurangan kedaulatan. Itu adalah pernyataan teguh: saat sesama manusia menderita, tidak ada jarak yang terlalu jauh untuk dijangkau.
Artikel Terkait
Guru di Kendari dan Gelombang Ketakutan yang Mengubah Ruang Kelas
Program Makan Bergizi Tetap Berjalan Saat Libur, Netizen: Yang Makan Setan?
Genoa vs Atalanta: Duel Panas di Ferraris, La Dea Incar Pesta Gol Lagi
Banjir Bandang di Guci Tak Halangi Akses Wisata, Hanya Pancuran 13 yang Rusak Parah