Nah, kalau kritik sudah dianggap makar, kalau beda pandangan langsung dicurigai, dan kekuasaan lebih sibuk membungkam daripada memberi penjelasan, maka pertanyaannya cuma satu:
Ini masih negara demokrasi, atau cuma demokrasi di atas kertas belaka?
Mungkin pertanyaannya harus kita balik. Jangan tanya "ke mana Wanda Hamidah sekarang?". Tanyakan saja, kenapa ramalannya justru terasa makin nyata hari demi hari?
Sejarah, rupanya, tak pernah benar-benar pergi. Ia cuma menunggu. Menunggu saat rakyat lengah, dan kekuasaan merasa tak perlu lagi mendengar.
(Eben Eizer Ritonga)
Artikel Terkait
Pendukung Prabowo, Jangan Jadi Penjilat Gratisan
Kasasi Ditolak, Vonis 14 Tahun Penjara untuk Pengacara Lisa Rachmat Berkekuatan Tetap
Dua Bank Suntik Bantuan Tenda, UMKM Sungai Raya Dalam Makin Bergairah
Rocky Gerung Ramalkan 2026: Baku Tembak Elit dan Piring Kosong Rakyat