Perbedaannya jelas. SBY lebih banyak menghabiskan waktu di pusat kendali, memastikan semua bergerak kompak. Sementara Prabowo, dalam pandangan banyak orang, lebih seperti "pemadam kebakaran" yang datang setelah api membesar. Bukan pemimpin yang dari detik pertama sudah berada di garda depan.
Perjalanan luar negerinya itu, meski punya tujuan strategis, timing-nya benar-benar kurang pas. Ia memberi kesan bahwa urusan global lebih diprioritaskan ketimbang warga yang tengah berjuang menghadapi banjir dan tanah longsor. Persepsi publik di masa krisis sangatlah penting, dan kali ini, persepsinya buruk.
Apalagi di era sekarang. Semua dinilai dengan cepat. Keputusan yang molor beberapa jam langsung jadi bahan gunjingan di media sosial. Kontrol publik sekarang sangat kuat.
Banyak warganet yang menilai Prabowo kurang greget. Kurang cepat tanggap, kurang empati, dan terasa kurang fokus. Tagar kritik bertebaran, membuktikan betapa sensitifnya isu bencana ini di mata masyarakat.
Lalu, pelajaran apa yang bisa diambil dari masa SBY?
- Pertama, kepemimpinan langsung presiden itu krusial. Tanpa instruksi tegas dari atas, koordinasi antarlembaga seringkali macet.
- Kedua, transparansi informasi mutlak diperlukan. ABS tidak boleh ada ruangnya dalam penanganan bencana.
- Kecepatan itu menentukan nyawa. Fokus total presiden diperlukan, karena bencana bukan panggung untuk pencitraan.
- Terakhir, komunikasi ke publik harus jelas dan konsisten, tidak boleh membingungkan.
Membandingkan SBY dan Prabowo ini bukan untuk bernostalgia atau memicu perdebatan politik. Ini evaluasi yang perlu dilakukan agar negara kita makin siap, terutama di tengah krisis iklim yang membuat bencana makin sering dan ganas.
Prabowo masih punya waktu untuk berbenah. Dia harus memastikan informasi dari BMKG dan lembaga lain mengalir lancar tanpa tersekat. Koordinasi harus diperbaiki. Ketegasan dan kecepatan dalam situasi darurat harus ditunjukkan.
Bencana tidak pernah menunggu. Rakyat juga tidak bisa terus menunggu. Presiden tidak boleh memimpin dari kejauhan saat rakyatnya tengah berduka.
Kalau negara ini ingin maju, penanganan bencana harus jadi prioritas utama. Bukan kegiatan sampingan. Dan untuk ukuran itu, bagi banyak orang, SBY masih menjadi tolok ukur yang sulit ditandingi.
Artikel Terkait
Pelukan Hangat Prabowo di Tengah Puing Bencana
Di Pangandaran, Pak Wagyo Bertahan dengan Papan Selancar dan Filosofi Sepuasnya
Tragedi Tritih Kulon: Truk Tangki Semen Banting Setir, Empat Nyawa Melayang
Gelar Perkara Tudingan Ijazah Palsu Jokowi Digelar Senin Depan