Humain: Raja Baru AI?
Humain ini benar-benar ambisius. Perusahaan AI milik negara Saudi yang sepenuhnya dimiliki Danantara ini ingin memposisikan kerajaan sebagai pusat AI global. Dan mereka tidak main-main dengan dana $1 triliun di belakangnya.
Selain dengan Musk, Humain juga mengumumkan investasi $900 juta di Luma, perusahaan California yang menciptakan video AI. Luma akan menggunakan pusat data Humain untuk mendukung pekerjaannya.
Kerja sama dengan AMD dan Cisco juga diteken untuk membangun pusat data berkapasitas satu gigawatt. Sebagai perbandingan, satu gigawatt bisa nyalain listrik untuk 800.000 rumah di AS. Tapi agak membingungkan, soalnya AMD dan Humain sudah mengumumkan kesepakatan $10 miliar pada bulan Mei.
Amazon pun ikutan, memperluas kemitraan dengan Humain untuk menerapkan hingga 150.000 akselerator AI di "Zona AI" Riyadh.
Pertanyaan Besar: Kapan Chip AI Datang?
Arab Saudi memang promosikan diri sebagai pusat data murah berkat harga listrik yang 30-50% lebih murah dari rata-rata global. Tapi ada satu hal yang masih jadi tanda tanya: kapan mereka benar-benar dapat chip AI canggih?
AS dan Saudi sebenarnya sudah mengumumkan kesepakatan pembelian ribuan chip pada Mei, tapi izin ekspornya belum keluar dari pemerintahan Trump. Trump bilang sedang diupayakan, dan Bloomberg melaporkan AS akan "memberikan lampu hijau" untuk penjualan pertama.
Sampai Rabu kemarin, belum ada pengumuman resmi. Tapi AS dan Saudi sudah menandatangani "Kemitraan Strategis Kecerdasan Buatan" yang konon mencakup penyediaan semikonduktor canggih.
Energi Konvensional Masih Jadi Andalan
Di balik semua gebyar teknologi, bisnis bahan bakar fosil ternyata masih jadi tulang punggung hubungan Saudi-AS. Saudi Aramco mengumumkan 17 kesepakatan awal dengan perusahaan AS dengan nilai potensial lebih dari $30 miliar.
Proyeknya beragam, dari gas alam cair sampai manufaktur material canggih. "Kami berharap ini jadi batu loncatan untuk kemajuan lebih lanjut," kata CEO Aramco Amin Nasser. Kesepakatan ini seperti memperluas komitmen $90 miliar yang ditandatangani saat Trump berkunjung ke Saudi bulan Mei lalu.
Jadi, meski Saudi sedang gencar bertransformasi ke teknologi, bisnis energi konvensional mereka tetap tidak boleh dipandang remeh.
Artikel Terkait
Kekurangan Ahli Gizi untuk Program Makan Gratis Dijawab dengan Kolaborasi
KPK Amankan Empat Tersangka, Anggota Dewan dan Pengusaha Terjaring Kasus Fee Proyek PUPR OKU
Distributor Komputer di Bandung Jadi Tersangka Bobol Platform Kripto, Ancamannya 15 Tahun Bui
Suasana Muram Warnai Munas MUI Usai Prabowo Batal Hadir