Orang lain mungkin melihatnya kelelahan karena seabrek aktivitas. Tapi Bunna justru merasa gelisah kalau tidak bekerja. "Sekalinya rebahan, ya, butuh berhari-hari juga," katanya. Pola kerjanya memang begitu, naik turun.
Soal penanganan, dia mengaku masih rutin kontrol dan minum obat. Sayangnya, untuk hal seperti meditasi atau konsultasi ke psikolog, waktu sepertinya belum mengizinkan.
Peran Lingkungan yang Supportif
Di sisi lain, Rachel sangat menekankan betapa pentingnya dukungan dari orang-orang terdekat. Lingkungan pertemanan yang supportif itulah yang membantunya bertahan hingga sekarang.
ungkap Bunna.
Dia juga mengikuti saran dokternya untuk tetap aktif berinteraksi. Tujuannya jelas: agar pikiran-pikiran mengganggu tidak mudah menyelinap. "Bismillah, sesama penyintas kita sama-sama berjuang, ya," tutupnya penuh harap.
Jadi, itulah perjalanan Rachel Vennya. Sebuah pengakuan jujur tentang berdamai dengan diri sendiri, lengkap dengan segala dinamikanya.
Artikel Terkait
Bayi Alami Syok Anafilaktik Usai MPASI Pertama, Dokter Ingatkan Bahaya Alergi Makanan
Tiga Toga, Satu Keluarga: Kisah Wisuda Bersama di Fakultas Hukum UB
Ketika Perasaan Perempuan Dianggap Gangguan, Bukan Fakta
Mimpi Membaca Buku: Isyarat Bawah Sadar atau Alarm untuk Belajar?