Beban Utang Kereta Cepat Whoosh: Kontroversi, Biaya Bengkak, dan Fakta Terbaru 2025

- Senin, 10 November 2025 | 18:18 WIB
Beban Utang Kereta Cepat Whoosh: Kontroversi, Biaya Bengkak, dan Fakta Terbaru 2025

Beban Utang dan Tantangan Operasional Whoosh

Setelah beroperasi dengan nama Whoosh pada Oktober 2023, kereta cepat ini menghadapi tantangan ganda: beban utang besar dan jumlah penumpang di bawah ekspektasi. Konsorsium BUMN Indonesia menanggung utang sebesar USD 3,2 miliar kepada China Development Bank (CDB), dengan kewajiban membayar bunga sekitar Rp 1,2 triliun per tahun.

Di sisi operasional, jumlah penumpang harian Whoosh hanya berkisar 16-18 ribu orang pada hari biasa, jauh di bawah estimasi awal studi kelayakan yang memproyeksikan 61 ribu penumpang per hari. Kondisi ini membuat konsorsium BUMN mencatat kerugian signifikan, dengan PT PSBI merugi Rp 4,2 triliun pada 2024.

Upaya Penyelesaian dan Masa Depan Whoosh

Pemerintah di bawah Presiden Prabowo Subianto telah mengambil langkah dengan berkomitmen menanggung beban utang Whoosh. Beberapa opsi penyelesaian sedang dikaji, termasuk restrukturisasi utang melalui Danantara, pemberian subsidi PSO, hingga skema debt to equity swap.

Sementara itu, pengembangan pendapatan non-tiket melalui Transit-Oriented Development (TOD) dan optimalisasi akses menuju stasiun, khususnya Stasiun Karawang, diharapkan dapat meningkatkan jumlah penumpang dan pendapatan operasional.

Penyelidikan KPK dan Prospek Ke Depan

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah mengumumkan penyelidikan dugaan korupsi dalam proyek kereta cepat ini sejak awal 2025. Meski demikian, KCIC menyatakan kesiapan untuk berkooperatif dalam proses penyelidikan.

Kisah Kereta Cepat Whoosh menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya kajian kelayakan yang komprehensif, transparansi dalam kemitraan internasional, dan pengelolaan proyek strategis yang berkelanjutan secara finansial. Masa depan proyek ini akan sangat bergantung pada kemampuan pemerintah dalam menegosiasikan ulang beban utang sekaligus meningkatkan kinerja operasionalnya.


Halaman:

Komentar