"Singkong memproduksi karbohidrat paling tinggi per hektare. Padi mungkin hanya lima sampai tujuh ton udah hebat, singkong bisa 100 ton per hektare. Sekarang mungkin kurang diperhatikan, jadi sekitar 20 ton. 20 ton saja sudah lebih gede dari padi. Jadi kalau bikin singkong menjadi nasi harus masuk teknologi pangan," ujar mantan Wamendag ini.
Kedua strategi tersebut dinilai Bayu mampu mengatasi permasalahan mulai berkurangnya lahan pertanian. Menurut data yang dimilikinya, Indonesia kehilangan 100 ribu hektare lahan pertanian setiap tahun yang beralih fungsi menjadi perumahan dan infrastruktur lainnya.
Baca Juga: Hasil ST2023 BPS: Indonesia Kehilangan 2,35 Juta Unit Usaha Pertanian dalam Satu Dasawarsa
Meski demikian, Bayu menegaskan, Perum Bulog hanya bisa memberikan saran dan mendorong pemerintah untuk menerapkan dua kebijakan tersebut. Ia berharap, ketika pemerintah mampu melakukan dua strategi tersebut maka Indonesia bisa menghadapi berbagai tantangan ke depannya.
"Let's open our mind untuk hal yang berbeda, yang baru. Iklim semakin tidak pasti. Kita sudah nggak pengen bongkar hutan karena dampaknya lebih besar. Lalu dengan penduduk yang terus bertambah dan negara lain punya ekonomi politik masing-masing. Let's think differently," pungkas Bayu.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: jawapos.com
Artikel Terkait
Daftar Lengkap Penerima Top Human Capital Awards 2025 & Tema Strategis HCMS
BRI Manajemen Investasi Tembus Rp60 Triliun & Luncurkan KIK EBA Syariah Pertama
HAJJ (Arsy Buana Travelindo) Tak Terdampak Umrah Mandiri, Laba Bersih Melonjak 113%
ACC Danaku Raih Penghargaan Brand Transformation of The Year di MECA 2025