Di Balik Gebyar Digital, Budaya Korporat yang Sebenarnya Diukur dari Keberanian Mengevaluasi Diri

- Rabu, 31 Desember 2025 | 00:36 WIB
Di Balik Gebyar Digital, Budaya Korporat yang Sebenarnya Diukur dari Keberanian Mengevaluasi Diri

Netflix membuktikan bahwa kejujuran radikal dari dalam bisa mencegah krisis yang lebih besar.

Dan Amazon selalu menekankan, fokus pada pelanggan harus jadi inti komunikasi strategis, bukan sekadar slogan marketing yang kosong.

Praktik-praktik tadi punya benang merah yang sama: keputusan mereka didasarkan pada data evaluasi, bukan naluri atau yang lebih berbahaya ego manajerial. Studi kasus dari berbagai belahan dunia berfungsi sebagai alat penting untuk belajar secara objektif, menganalisis kegagalan dan keberhasilan tanpa harus terjun langsung ke dalam krisis yang mahal harganya. Jadi, evaluasi dan studi kasus ini bukan cuma urusan akademis, tapi alat praktis untuk mengurangi risiko di zaman serba tidak pasti seperti sekarang.

Pada akhirnya, budaya korporat di zaman digital ini bukan diukur dari seberapa sering sebuah perusahaan berkicau. Tapi, dari seberapa berani mereka untuk benar-benar mendengarkan, mengevaluasi, dan beradaptasi. Evaluasi strategis itulah kompasnya. Ia memastikan komunikasi perusahaan tidak jalan di tempat, tetapi selaras dengan nilai-nilai yang dianut, keyakinan masyarakat, dan tentu saja, sasaran bisnis jangka panjang.

Di tengah hiruk-pikuk konten digital, perusahaan yang akan bertahan bukan yang paling nyaring suaranya. Melainkan yang paling jujur menilai dirinya sendiri.


Halaman:

Komentar