Pasar saham Indonesia hari Selasa (30/12/2025) diwarnai aksi jual pada sektor tambang emas. Saham-saham emiten logam mulia itu berjatuhan, mengikuti tren pelemahan yang terjadi di pasar komoditas global sehari sebelumnya. Rupanya, sentimen negatif dari sana langsung terasa di Bursa Efek Indonesia.
Data perdagangan pagi itu menunjukkan pemandangan yang suram. Saham PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) terpangkas 6,52 persen ke level Rp2.150. Tidak jauh di belakang, saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) juga tergerus 5,83 persen. PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS) ikut merosot 4,44 persen.
Tekanan jual ternyata cukup luas. Saham-saham besar lain seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) masing-masing melemah 4,24 persen dan 3,93 persen. PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), hingga PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) pun tak luput dari sorotan merah di papan perdagangan.
Lalu, apa pemicunya? Semuanya berawal dari aksi ambil untung besar-besaran di pasar logam mulia dunia pada Senin (29/12/2025). Setelah reli kenaikan yang spektakuler dalam beberapa waktu terakhir, investor akhirnya memutuskan untuk merealisasikan keuntungan mereka. Akibatnya, harga-harga pun terjun bebas.
Emas spot anjlok 4,43 persen ke USD4.332,56 per troy ons. Padahal, logam kuning ini baru saja mencetak rekor di level USD4.549,71 pada akhir pekan lalu. Pelemahan di logam industri lain bahkan lebih dramatis. Platinum dan paladium masing-masing ambles 14,5 persen dan 15,9 persen. Sementara perak, yang sebelumnya jadi bintang, terkoreksi 9,5 persen.
David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures, memberikan penjelasannya.
“Semua logam ini telah naik ke level tertinggi, baik tertinggi terkini maupun sepanjang masa. Yang kita lihat sekarang adalah aksi ambil untung dari level yang sangat tinggi tersebut,” ujarnya, seperti dikutip Reuters.
Artikel Terkait
IHSG Pacu 24 Rekor Tertinggi Sepanjang 2025, Market Cap Tembus Rp16.000 Triliun
Bea Keluar Batu Bara 2026: Antara Tambahan Rp 20 Triliun dan Ancaman Manipulasi Data
Perbankan Cetak Rekor, Sumbang Dividen Rp 80,3 Triliun di 2025
Indika Energy Bentuk Anak Usaha Baru untuk Diversifikasi Bisnis