Di sisi lain, hak opsi yang didapat NINE ini punya jangka waktu sembilan bulan. Selama periode itu, perusahaan punya pekerjaan rumah yang tidak sedikit. Mereka harus mengantongi persetujuan dari para pemegang saham, BEI, dan OJK. Belum lagi urusan memenuhi segala aturan hukum dan pasar modal, plus menyiapkan dokumen transaksi yang diperlukan.
Meski masih dalam tahap penjajakan, Gufron meyakini rencana ini bukan sekadar wacana. Ini adalah bagian dari kelanjutan visi pemilik baru, Poh Kay Ping, untuk membangkitkan dan mendiversifikasi bisnis Techno9 ke depan.
"Techno9 terus bekerja mencari peluang dan kesempatan bisnis di Indonesia dan kawasan untuk memastikan nilai tambah bagi para pemegang saham,"
tuturnya lagi.
Latar belakangnya, pergeseran kepemilikan ini memang baru terjadi. Poh Holdings Ltd resmi menjadi pengendali NINE setelah mengakuisisi sekitar 773,35 juta saham, atau setara 35,85% dari modal perseroan. Dan sejalan dengan itu, fokus bisnis pun bergeser. Perusahaan kini mengarahkan pandangannya ke sektor pertambangan, tak terkecuali batu bara. Langkah ke Mongolia ini sepertinya adalah awal dari babak baru mereka.
Artikel Terkait
Daesang Korsel Incar BEEF, Saham Mamin Ini Panen Angin Segar
OJK Akhirnya Restui Rights Issue INET, Dana Rp 2,9 Triliun Disiapkan untuk Ekspansi Fiber Optik
Prajogo Pangestu Borong 19% Saham SINI, Targetkan Kendali Mayoritas
IHSG Pacu Kenaikan 74 Poin, Sektor Siklikal dan Bahan Baku Jadi Lokomotif