Di sisi lain, nilai dolar AS sendiri sedang tak perkasa. Ibrahim menilai pelemahan ini dipicu data ekonomi Amerika yang cukup lemah, terutama tren inflasi yang terus melandai.
"Ini mengindikasikan bahwa di awal-awal tahun 2026 ada kemungkinan besar Bank Sentral Amerika akan kembali menurunkan suku bunga," kata dia.
Pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell sebelumnya yang menyebut potensi penurunan suku bunga mungkin hanya sekali di 2026, sepertinya bisa berubah. Apalagi nanti akan ada pergantian pimpinan di bank sentral AS tersebut.
Figur pengganti Powell nanti diperkirakan akan mengambil sikap yang lebih dovish atau condong pada pelonggaran kebijakan.
"Nah sehingga pasar optimistis bahwa Bank Sentral Amerika kemungkinan besar masih akan menurunkan suku bunga di awal-awal tahun 2026. Lah ini yang membuat harga emas dunia, logam mulia terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan," pungkas Ibrahim.
Jadi, gabungan antara dunia yang tidak stabil dan prospek suku bunga rendah itulah yang menjadi bahan bakar bagi kenaikan harga emas dan logam mulia saat ini. Tren ini, setidaknya menurut proyeksi, masih akan berlanjut.
Artikel Terkait
Stasiun Jatake Tangerang Siap Beroperasi Awal 2026, Tampung 20 Ribu Penumpang Sehari
Delta Djakarta Gelontorkan Rp20,3 Miliar untuk Peremajaan Pabrik, Siap Sambut Kebangkitan Pasar Bir 2026
Klaim JHT BPJS Ketenagakerjaan Kini Bisa Sepenuhnya Daring Lewat Lapak Asik
Whoosh Jadi Primadona Turis Malaysia Saat Libur Nataru