Nah, yang menarik dari instrumen ini tentu saja label 'keberlanjutan'-nya. Dana yang berhasil dihimpun nantinya tidak akan dipakai sembarangan. Semuanya dialokasikan khusus untuk membiayai atau membiayai kembali proyek-proyek ramah lingkungan dan sosial, atau yang dikenal sebagai KUBL dan KUBS. Jadi, investor tak cuma dapat return, tapi juga ikut berkontribusi pada agenda hijau dan inklusif perusahaan.
Langkah Mandiri ini sejalan banget dengan aturan main terbaru OJK tentang efek utang berlandaskan keberlanjutan. Belum lagi, peringkat yang disandangnya adalah idAAA dari Pefindo. Peringkat tertinggi itu, tentu saja, jadi penanda kemampuan bayar jangka panjang yang sangat kuat.
Proses korporasi sebesar ini tentu butuh dukungan tim yang mumpuni. Mandiri menggandeng sejumlah nama besar sebagai Joint Lead Underwriters, seperti Mandiri Sekuritas, BCA Sekuritas, BNI Sekuritas, hingga BRI Danareksa Sekuritas.
Menutup pernyataannya, Ari kembali menegaskan arah ke depan.
Kata dia. Penerbitan obligasi ini, pada akhirnya, bukan sekadar soal mengumpulkan dana segar. Lebih dari itu, ini adalah sinyal kepercayaan dan sebuah langkah strategis menuju bisnis yang lebih bertanggung jawab.
Artikel Terkait
PNM Raih Penghargaan Komunikasi Inklusif Berkat Dedikasi pada Pemberdayaan Perempuan
Purbaya Siapkan Rp 2 Triliun untuk Tekstil dan Furniture, Bunga 6 Persen
Abon Serang dan Rendang Padang: Solidaritas Sesama Nasabah untuk Korban Bencana
Rupiah Tergelincir ke Rp16.787, Dihantam Sentimen Global dan Kredit Menganggur Rp2.500 Triliun