Jembatan putus di Desa Teupin Redeup, Bireuen, benar-benar memutus akses. Tapi, justru di tengah situasi sulit itu, semangat gotong royong warga bangkit lagi. Sejak Kamis lalu, bukan cuma Pertamina Patra Niaga yang bergerak. Mereka bersama para agen LPG, relawan, dan tentu saja warga sekitar, bahu-membahu melakukan sesuatu yang cukup heroik: memastikan tabung gas sampai ke setiap dapur.
Bayangkan saja, distribusi pakai kendaraan jelas mustahil. Jalannya putus. Lalu bagaimana? Mereka pun memilih cara-cara manual. Tabung-tabung LPG itu dipanggul, diestafet dari tangan ke tangan, melewati jalur darurat yang tentu saja tidak nyaman. Mereka harus menyeberangi Sungai Tingkeum, bahkan memanfaatkan sling rail atau sling rope yang dipasang secara swadaya. Semua dikerjakan bersama, tanpa banyak komando.
Fahrougi Andriani Sumampouw, selaku Area Manager Communication, Relation and CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, melihat aksi ini lebih dari sekadar pengiriman barang.
“Energi harus tetap merata. Dengan segala keterbatasan yang ada, ini adalah usaha kami memastikan masyarakat tetap mendapatkan layanan energi, terutama LPG,”
Katanya, ini adalah cerminan nyata keteguhan masyarakat saat menghadapi kesulitan. Berkat kolaborasi itu, ratusan tabung berhasil dipindahkan melewati rintangan, menjaga pasokan untuk Kecamatan Peusangan dan sekitarnya.
Di sisi lain, komitmen untuk menjaga ketersediaan energi di daerah terdampak bencana tetap jadi prioritas. Upaya kolaboratif seperti ini menunjukkan sesuatu yang lebih dalam. Pelayanan energi bukan cuma soal logistik dan angka. Ini soal kemanusiaan. Tentang solidaritas yang, dalam kondisi tertentu, berbicara lebih lantang daripada kata-kata.
Artikel Terkait
Saham DEWA Melonjak ke Level Tertinggi 15 Tahun, Bakrie Group Panen Untung
Amran Setujui Tambahan 10.000 Ton Beras untuk Aceh Pascabencana
Superbank IPO: Valuasi Murah di Bawah Rp3 Triliun Jadi Magnet Investor
BI Siapkan Rp14,5 Miliar dan Layanan Tukar Uang via QRIS untuk Nataru di Sulut