Mengenai strategi investasi, Iman menilai Danantara memiliki fleksibilitas yang luas. Lembaga ini memiliki keleluasaan untuk menanamkan modalnya, baik secara langsung ke perusahaan (direct investment) maupun melalui berbagai instrumen keuangan lainnya yang tersedia.
Iman juga menyoroti karakteristik Danantara sebagai investor institusional yang kuat, baik dari sisi kapasitas modal maupun horizon investasi jangka panjangnya. Peran seperti ini dinilai crucial untuk mengoptimalkan pengelolaan dana dan sekaligus mendukung penguatan modal BUMN-BUMN yang membutuhkan dukungan dari investor institusi.
Meski mendorong, Iman menegaskan bahwa keputusan akhir untuk melakukan IPO sepenuhnya berada di tangan manajemen Danantara. Dalam kesempatan yang sama, ia juga menyoroti fakta bahwa dalam tiga tahun terakhir, tidak ada BUMN atau anak perusahaan BUMN yang melakukan pencatatan saham di BEI setelah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).
Artikel Terkait
SOFA (BFURN) Kaji Divestasi Furnitur 2026, Fokus ke Energi Terbarukan
Perjanjian Dagang AS-Swiss: Investasi Rp 3.100 T & Tarif Impor Turun Drastis
Barito Pacific Bantah IPO Griya Idola dan Akuisisi NRCA: Ini Penjelasan Resmi
Investasi USD 1,3 Miliar dari Yordania: Gas, Jalan Tol, dan Logistik