Kopi Joss Jogja: Sejarah Panas Legenda Arang Menyala di Kota Pelajar

- Selasa, 21 Oktober 2025 | 23:20 WIB
Kopi Joss Jogja: Sejarah Panas Legenda Arang Menyala di Kota Pelajar

Sejarah Kopi Joss Jogja: Filosofi & Makna Ikon Kuliner Legendaris

Sejarah kopi joss di Jogja berawal dari kreativitas sederhana dalam budaya angkringan khas Yogyakarta. Minuman legendaris ini bukan sekadar kopi hitam biasa, melainkan simbol budaya malam Jogja yang hangat, santai, dan egaliter.

Ciri khas kopi joss adalah bara arang panas yang dicelupkan langsung ke dalam gelas kopi, menghasilkan bunyi "joss!" yang menjadi asal nama minuman ikonik ini. Kini kopi joss telah menjadi daya tarik wisatawan domestik dan mancanegara yang ingin merasakan sensasi unik minuman khas Kota Pelajar.

Asal Usul Sejarah Kopi Joss di Jogja

Sejarah kopi joss di Jogja dimulai pada periode 1960-an hingga 1980-an di kawasan Stasiun Tugu Yogyakarta. Pelopor kopi joss adalah seorang penjual angkringan bernama Lik Man (atau Lek Man), anak dari pelopor angkringan pertama di Yogyakarta yang dikenal kreatif meracik minuman.

Ide pembuatan kopi joss tercipta ketika Lik Man bereksperimen mencelupkan bara arang panas ke dalam kopi hitam untuk menjaga suhu kopi tetap hangat lebih lama. Saat arang menyentuh kopi, terdengar bunyi khas "joss!" dan muncul aroma gosong yang khas, sehingga pelanggan mulai menyebutnya "kopi joss".

Uniknya, teknik ini menghasilkan cita rasa kopi yang lebih lembut dan tidak terlalu asam karena arang menyerap sebagian kadar keasaman kopi, membuatnya lebih ramah untuk lambung.

Filosofi dan Makna Kopi Joss Yogyakarta

Dalam sejarah kopi joss Jogja, minuman ini mengandung nilai filosofis mendalam. Bara api melambangkan semangat dan keberanian, sementara kopi hitam mencerminkan ketenangan dan kedalaman jiwa. Harmoni keduanya menggambarkan karakter masyarakat Jogja yang hangat, sederhana, namun penuh makna.

Filosofi kopi joss sejalan dengan kehidupan masyarakat Yogyakarta yang santun namun penuh semangat, menjadi simbol keseimbangan antara kerasnya perjuangan dan kelembutan hati.


Halaman:

Komentar