MURIANETWORK.COM -Peredaran uang yang semakin mengering menjadi kekhawatiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelang akhir masa jabatannya sebagai kepala negara.
Beberapa waktu lalu, Jokowi sempat menyoroti masalah keringnya peredaran uang di dalam negeri, meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di atas 5 persen.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) posisi M2 pada Desember 2023 tercatat sebesar Rp 8.824,7 triliun atau hanya tumbuh 3,5 persen yoy, jauh dibandingkan kondisi September yang masih menyentuh angka 6 persen yoy.
Menurutnya, hal tersebut terjadi lantaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan BI yang menerbitkan terlalu banyak instrumen, yakni Surat Berharga Negara (SBN), Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI).
"Jangan semuanya ramai membeli, yang tadi saya sampaikan ke BI maupun SBN, meski boleh-boleh saja tapi agar sektor riil bisa kelihatan lebih baik dari tahun yang lalu," ujar Jokowi di Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) di Kantor Pusat BI, Jakarta, dikutip Rabu (8/5).
Menanggapi kekhawatiran Jokowi, Rektor Universitas Paramadina, Profesor Didik J Rachbini mengatakan bahwa kondisi tersebut terjadi karena banyaknya utang yang diwarisi pemerintahan Jokowi.
"Ini kan sebab ulah sendiri utang ugal-ugalan," kata Didik dalam cuitannya di platform X pada Senin (6/5).
Menurut Didik yang juga merupakan Ekonom Senior Indef itu dirinya bersama dengan ekonom lainnya juga telah mengingatkan Jokowi tentang utang yang menggunung tersebut beberapa tahun terakhir ini.
Artikel Terkait
WIKA Kerahkan Alat Berat dan Bantuan Darurat untuk Korban Banjir Bandang Sumatera
Tim Gabungan Berhasil Buka Empat Titik Longsor di Jalur Vital Aceh Utara-Bener Meriah
Ekonomi Indonesia Makin Mantap, Inflasi Terkendali dan Manufaktur Melaju
Jaring Pengaman Abal-Abal dan Bambu Kering: Kombinasi Mematikan di Balik Kebakaran Maut Tai Po