Jaenal punya pandangan menarik soal ini. "Masakan dengan rasa Indonesia bukan hanya soal selera, tetapi juga bagian dari kenyamanan jamaah serta peluang besar bagi produk pangan nasional," katanya.
Tak berhenti di situ, pemerintah juga menjembatani pertemuan dengan importir dan eksportir. Tujuannya agar produk Indonesia seperti beras, lauk, sayuran, dan kebutuhan konsumsi lain bisa lebih mudah masuk ke Arab Saudi dan digunakan dalam operasional haji. Pelibatan UMKM ini punya tujuan jangka panjang: membangun kapasitas, memenuhi standar mutu, dan akhirnya meningkatkan daya saing mereka di kancah global.
Persiapan lain yang sedang digarap adalah skema kerja sama dengan syarikah atau perusahaan layanan haji di Arab Saudi. Kerja sama ini diharapkan bisa membuat tata kelola haji lebih profesional, transparan, dan akuntabel.
"Langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka menengah untuk memperkuat posisi Indonesia dalam ekosistem haji global, sekaligus memastikan pelayanan terbaik bagi jamaah," jelasnya.
Jaenal mengakui, membangun ekosistem semacam ini tentu bukan proses yang instan. Butuh waktu dan konsistensi. Namun begitu, arah kebijakannya sudah jelas dan terukur. Impian besarnya sederhana: haji dan umrah harus menghadirkan keberkahan spiritual sekaligus manfaat ekonomi yang luas bagi bangsa.
"Haji dan umrah harus menghadirkan keberkahan spiritual sekaligus manfaat ekonomi yang luas bagi bangsa," pungkas Jaenal menegaskan.
Artikel Terkait
Pramono Anung Tegaskan UMP Jakarta 2026 Rp5,72 Juta Tak Bisa Diganggu Gugat
Kebun Raya Mangrove Surabaya Tembus 86 Ribu Pengunjung, UMKM Raup Ratusan Juta
Gila! 150 Juta Tiket Piala Dunia 2026 Diborong Penggemar Sebelum Kick-off
Bupati Aceh Tamiang Minta Payung Hukum untuk Kayu Pasca-Bencana