Di penghujung Misa Pontifikal di Gereja Katedral Jakarta, Kamis lalu, suasana hening sejenak berganti dengan konferensi pers. Kardinal Ignatius Suharyo, Uskup Agung Jakarta, tampil menyampaikan pesan yang terdengar sederhana namun mendasar. Tahun 2026 mendatang, Keuskupan Agung Jakarta akan kembali menggaungkan semangat "pertobatan ekologi". Gerakan ini, menurutnya, sempat mengemuka namun kemudian redup. Kini, waktunya untuk menghidupkannya kembali.
"Sekarang ini yang sedang digalakkan tahun depan," kata Suharyo, "Keuskupan Agung Jakarta memberi perhatian pada tanggung jawab untuk menjaga lingkungan hidup. Maka ada yang namanya pertobatan ekologis, itu yang akan terus didengungkan."
Lalu, seperti apa wujud pertobatan ekologi itu? Rupanya, ia bisa dimulai dari hal-hal yang sangat konkret dan dekat dengan keseharian kita. Suharyo memberi contoh yang cukup menohok. Misalnya, saat kita naik pesawat. "Pertobatan ekologisnya adalah ketika saya membayar naik pesawat terbang Rp1 juta, 10 persen nanti disisihkan dalam suatu pos dana untuk memulihkan kerusakan lingkungan hidup," ujarnya.
Namun begitu, tak perlu jauh-jauh. Hal sederhana di meja makan pun punya dampak. Ia mengingatkan untuk tidak membuang-buang makanan. Ambillah secukupnya, bukan semata mengikuti 'lapar mata'.
"Kalau ambil makanan ya jangan semau-mau matanya, tetapi diambil secukupnya supaya tidak menyisakan sampah. Itu pertobatan ekologis," tegasnya.
Masih banyak lagi contoh kecil lain. Membawa kantong belanja sendiri dari rumah, misalnya. "Macam-macam hal kecil seperti itu, salah satu bentuk pertobatan," ucap Kardinal Suharyo. Intinya, ini soal kesadaran. Mengubah kebiasaan kecil untuk dampak yang lebih besar.
Artikel Terkait
Agak Laen 2 Sabet Rekor, Geser Film Pertama Hanya dalam 28 Hari
Hary Tanoesoedibjo Buka Kisah Doa yang Terjawab di Bethlehem
Badai Sungai Atmosfer Guncang Los Angeles, Libur Natal Berubah Jadi Malam Waspada
Korban Tewas Tembus 96 Jiwa, Gencatan Senjata Thailand-Kamboja Masih Terus Diupayakan