Pada hari-hari biasa, aturannya memang ketat. Satu pengemudi cuma boleh satu kali trip per hari. Tapi situasi berubah saat musim ramai tiba. Mereka diberi kelonggaran. “Sehari biasanya satu kali perjalanan, tapi kalau lagi peak season bisa dua kali,” tambah Ardi. Lumayan, kan, buat menambah penghasilan.
Soal paket wisata, paguyuban ini menawarkan tiga pilihan berdasarkan waktu. Ada paket sunrise yang dimulai jauh sebelum fajar, lalu panorama, dan yang terakhir sunset. Destinasinya sih kurang lebih sama, cuma timing-nya aja yang dibedain.
“Sunrise itu start jam 2 pagi sampai jam 10-an, lalu ada kloter panorama dengan destinasi sama tapi timing beda, dan yang terakhir sunset mulai jam 2 sore sampai maghrib,” tukasnya.
Lalu, berapa harganya? Tarifnya dibuat seragam untuk semua paket. Sekitar Rp 700 ribu per jip. Itu sudah termasuk sopir dan bahan bakar. Sedangkan untuk tiket masuk kawasan, diurus lewat reservasi online dengan harga berbeda. “Untuk tiket weekday Rp 59 ribu dan weekend Rp 79 ribu per orang, anak-anak usia 3 tahun ke atas juga sudah kena,” tutup Ardi menjelaskan.
Jadi begitulah. Di balik hamparan pasir dan mobil-mobil klasik yang fotogenik itu, ada sistem yang dijalankan dengan prinsip kebersamaan. Agar semua dapat rezeki, dan ketertiban tetap terjaga.
Artikel Terkait
Prabowo Gelar Rapat Intens, Bahas Kampung Haji hingga Krisis Energi Sumatera
Mawa Tolak Ajakan Bertemu Insan, Fokus ke Proses Hukum Sebelum Ajukan Cerai
Bencana Sumatra: Ketika Politik Menggadaikan Hutan
Frustrasi dan Kekecewaan, Seorang Perempuan Kirim Ancaman Bom ke 10 Sekolah Depok