Budi Arie Pilih Gerindra, Pengamat Sebut Daya Tarik Jokowi bagi PSI Menurun
Keputusan Budi Arie Setiadi, Ketua Umum Relawan Projo, untuk bergabung dengan Partai Gerindra menuai tanggapan dari pengamat politik. Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menilai langkah ini menunjukkan bahwa sosok Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak lagi dianggap menarik bagi politisi pragmatis.
Menurut Dedi, penurunan daya tarik Jokowi dan lemahnya posisi politik PSI menjadi faktor utama Budi Arie memilih Gerindra. Ia menyatakan bahwa loyalitas politisi seperti Budi Arie bukan lagi pada figur Jokowi, melainkan pada kalkulasi untung rugi untuk menjaga karier politiknya.
"Jokowi sendiri tidak lagi menarik karena bukan penguasa, posisi Gibran juga tidak berpengaruh. Ini yang membuat PSI tidak cukup menarik bagi politisi pragmatis seperti Budi Arie," kata Dedi seperti dikutip dari Kompas.com.
Alasan Pragmatis di Balik Pilihan ke Gerindra
Dedi Kurnia Syah menegaskan bahwa keputusan Budi Arie merapat ke Gerindra adalah langkah pragmatis, bukan ideologis. Analisis ini menyoroti pertimbangan perlindungan hukum dan politik yang hanya bisa diberikan oleh partai penguasa.
Dedi membeberkan bahwa sejumlah kasus hukum yang membayangi Budi Arie membuatnya membutuhkan suaka politik. Bergabung dengan PSI dianggap tidak dapat memberikan perlindungan tersebut.
"Dengan bergabung ke PSI, Budi Arie tidak miliki perlindungan. Tetapi Gerindra tentu berbeda karena partai penguasa, sehingga alasan memilih Gerindra lebih pada soal suaka hukum," jelas Dedi.
Artikel Terkait
Projo Gabung Gerindra & Ganti Logo dengan Wajah Jokowi, Ini Alasannya
Jusuf Kalla, Nasaruddin Umar, dan Arsjad Rasjid Suarakan Perdamaian Global di Forum Roma 2025
Pamali Presiden Melayat ke Keraton Solo: Mitos atau Fakta Berdasar Sejarah?
Jokowi Gelar Open House di Solo, Ini Alasan Sebenarnya Absen dari Kongres Projo III