Pengamat: Prabowo Gunakan Politik Melingkar Hantam Gibran & Jokowi!

- Minggu, 04 Mei 2025 | 14:10 WIB
Pengamat: Prabowo Gunakan Politik Melingkar Hantam Gibran & Jokowi!




MURIANETWORK.COM - Presiden Prabowo Subianto disebut tengah memainkan strategi politik melingkar dalam menyikapi manuver politik mantan presiden Joko Widodo (Jokowi) dan putranya, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. 


Alih-alih menyerang secara frontal, Prabowo disebut menggunakan jalur tidak langsung, memanfaatkan kekuatan institusional dan tekanan publik yang terkelola.


Pengamat politik Muslim Arbi mengemukakan bahwa Presiden Prabowo menyadari masih kuatnya tingkat keterterimaan publik terhadap Jokowi, serta keberadaan jejaring loyalis sang mantan presiden yang masih solid di berbagai lini, termasuk di tingkat pemerintahan daerah, militer, dan dunia usaha.


“Prabowo tidak akan menyerang langsung Jokowi dan Gibran. Tapi menggunakan jalur melingkar. Ada tekanan dari elite-elite yang tidak secara langsung terkait dengannya, namun arahnya jelas: melemahkan Jokowi dan Gibran,” ujar Muslim kepada SuaraNasional, Sabtu (3/5/2025).


Salah satu titik kritis yang memperkuat dugaan ini adalah kontroversi pencopotan Letjen TNI Kunto Arief Wibowo dari jabatan Pangkogabwilhan I. 


Pencopotan tersebut terjadi tak lama setelah mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, seorang tokoh senior militer dan ormas Purnawirawan, menyerukan pemakzulan terhadap Wakil Presiden Gibran Rakabuming.


Namun, keputusan itu dibatalkan. Kembalinya Letjen Kunto ke posisinya memberi sinyal kuat bahwa ada kekuatan lebih tinggi yang menjaga keseimbangan militer tetap berada di orbit Prabowo, bukan Jokowi.


“Di sini terlihat pengaruh Prabowo. Jika Kunto tetap dicopot, itu kemenangan Jokowi. Tapi pembatalan itu menandakan Prabowo masih pegang kendali penuh,” tambah Muslim.


Muslim menyebut ini sebagai bagian dari ‘politik penyeimbang’ yang digunakan Prabowo untuk memastikan bahwa kekuatan Jokowi dan Gibran tidak mendominasi lembaga strategis.


Kritik terhadap Jokowi dan Gibran semakin menguat dalam beberapa pekan terakhir. 


Di media sosial dan forum-forum publik, isu lama tentang dugaan ijazah palsu Jokowi kembali diangkat. 


Tak hanya itu, isu pelanggaran konstitusi atas pencalonan Gibran sebagai wapres juga kembali menyeruak. 


Desakan pemakzulan kini datang dari sejumlah kalangan sipil dan purnawirawan.


Menariknya, serangan-serangan ini tidak datang dari lingkaran partai pendukung Prabowo secara langsung. 


Namun aktor-aktornya diketahui memiliki hubungan informal dengan sejumlah tokoh yang dekat dengan Prabowo. 


Strategi ini disebut mirip dengan “proxy attack” atau serangan perwakilan.


“Ini adalah politik gaya baru Prabowo. Ia belajar dari Jokowi, dari Megawati, dan bahkan dari Orde Baru: diam di depan publik, tapi keras di belakang layar,” ujarnya.


Salah satu elemen yang turut menjadi sorotan adalah munculnya istilah “Geng Solo”, yaitu kelompok loyalis Jokowi yang diduga masih aktif memengaruhi banyak kebijakan, baik di pusat maupun daerah. 


Mereka dianggap sebagai kekuatan dalam bayangan yang mengontrol berbagai jalur distribusi kekuasaan, mulai dari penempatan birokrasi hingga rekomendasi proyek nasional.


Namun, dengan masuknya Prabowo sebagai presiden, jaringan ini mulai dipreteli. Kasus Letjen Kunto adalah salah satu contohnya. 


Beberapa sumber menyebut akan ada lebih banyak pergeseran di tubuh TNI, Polri, dan kementerian yang selama ini menjadi basis kekuatan Jokowi.


“Perang dingin antara istana baru (Prabowo) dan istana lama (Jokowi) sedang berlangsung. Bukan hanya soal kekuasaan, tapi soal masa depan politik dinasti,” paparnya.


Peta kekuasaan Indonesia pasca-Pemilu 2024 tidak serta-merta menghadirkan stabilitas. 


Justru ketegangan internal antara presiden terpilih dan mantan presiden yang masih memiliki pengaruh kuat menjadi tantangan utama.


Prabowo terlihat lebih berhati-hati dalam menghadapi Jokowi dan Gibran. 


Dengan menjaga citra rekonsiliatif di depan publik, namun memainkan kekuatan struktural di balik layar, Prabowo berupaya melemahkan dominasi lawannya tanpa menimbulkan resistensi besar dari rakyat yang masih menyukai Jokowi.


Sumber: SuaraNasional

Komentar