Ledakan bom di SMAN 72 Jakarta beberapa waktu lalu masih menyisakan pertanyaan. Tapi bagi Adrianus Meliala, anggota Kelompok Ahli BNPT Bidang Kriminologi dan Kepolisian, peristiwa itu justru mengungkap sebuah tren yang mengkhawatirkan. Motifnya, menurutnya, bukan terorisme tradisional yang biasa ditangani BNPT, melainkan sesuatu yang lebih baru: ekstremisme sayap kanan atau right-wing extremism.
Ia menyoroti hal ini dalam Pernyataan Pers Akhir Tahun BNPT di Jakarta Pusat, Selasa lalu.
"Kasus SMA 72 itu menarik," ujar Adrianus.
"Ini memperlihatkan isu baru sebagai motif teror. Meski skalanya mungkin dianggap 'gangguan keamanan' dan bukan teror murni, nyatanya right-wing extremism jadi pendorong aksi teroristik itu."
Baginya, kasus ini adalah bukti nyata bahwa ideologi tersebut sudah merasuk ke Indonesia. Pelakunya, seorang siswa, dinilainya telah terpapar paham ekstrem sayap kanan.
"Bayangkan," katanya dengan nada heran.
Artikel Terkait
Modus Sistem Tempel Digagalkan, Polisi Sita Sabu Hampir 1,3 Kg di Depok
Guru Pasuruan Dipecat Usai Bolos 28 Hari, Jarak Tempuh 114 Km Jadi Alasan
Resonansi Budaya: Kunci Exhuma Rebut Hati 2,6 Juta Penonton Indonesia
Jalanan Lengang Saat Mudik, Kakorlantas Ingatkan Bahaya Jebakan Ngebut