Tak cuma investigasi, upaya pendampingan juga dilakukan. Di 2025, Densus mendampingi penanganan 68 anak di 18 provinsi yang terpapar konten kekerasan via dunia maya. Ancaman dari mereka dinilai nyata dan potensial.
Barang bukti yang disita dari anak-anak ini cukup mencengangkan. Bukan cuma senjata tajam biasa seperti pisau, tapi juga busur panah, replika senjata api, peluru, bahkan dummy bomb. Atribut dan materi bermuatan simbol kekerasan juga banyak ditemukan.
Yang bikin merinding, paham yang mereka anut sangat beragam dan acap kali impor: mulai dari Natural Selection, Neo Nazi, sampai Whitesupremacy. Lebih mengerikan lagi, sasaran aksi mereka seringkali justru lingkungan terdekat sekolah dan teman-teman sebayanya sendiri.
Jadi, meski statistik serangan nol, lanskap ancamannya justru berubah. Musuhnya mungkin tak selalu tampak di permukaan, tapi penyebaran paham berbahaya ini, terutama di kalangan anak, jelas membutuhkan kewaspadaan ekstra dari semua pihak.
Artikel Terkait
Presiden Iran Tawarkan Dialog di Tengah Aksi Mogok dan Rial yang Terjun Bebas
Hujan Ringan Akan Temani Malam Tahun Baru 2026 di Jakarta
Buruh Bubar dari Monas, Tuntut Kembalikan Kenaikan Upah Minimum Jabar
Remaja 16 Tahun Hilang Kendali, Empat Kendaraan Berantakan di Jalan Licin Lebak