Di pilar kesehatan, fokusnya pada ibu, anak, remaja, dan masyarakat sekitar. Ambil contoh di Desa Sejahtera Astra Rammang-Rammang, Sulsel. Pendekatan kesehatan berjalan beriringan dengan pengembangan desa wisata. Edukasi hidup bersih, peningkatan sanitasi, dan pengelolaan kebersihan kawasan wisata dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang sehat bagi warga dan pengunjung.
Sementara di pilar pendidikan, komitmennya adalah meningkatkan kualitas SDM. Di Desa Sejahtera Astra Bumiaji, Kota Batu, misalnya, hadir ruang belajar komunitas yang jadi pusat literasi. Tempat ini dikembangkan oleh Anjani Sekar Aru, Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 bidang Kewirausahaan. Upaya semacam ini intinya mendorong masyarakat desa agar mandiri, inovatif, dan punya daya saing.
Tak ketinggalan, literasi digital juga digenjot. Reza Permadi, penerima apresiasi tahun 2023 bidang Teknologi, memelopori pendekatan pendidikan berbasis digital di Desa Sejahtera Astra Bugisang, Klaten. Berkat ini, desa berhasil meningkatkan pendapatannya sekitar Rp 50-60 juta dalam setahun lewat perluasan pasar dan paket wisata edukasi.
Di sisi lain, pilar lingkungan mengusung pemulihan ekosistem dan praktik berkelanjutan. Ritno Kurniawan, penerima apresiasi 2017 bidang Lingkungan yang juga Tokoh Penggerak di Desa Sejahtera Astra Padang Pariaman, punya cerita menarik. Ia mendorong transformasi mata pencaharian warga dari pembalakan liar menjadi penggerak ekowisata. Lewat Ekowisata Nyarai, sekitar 170 warga 80% di antaranya mantan pembalak kini beralih jadi pemandu wisata. Hutan lestari, masyarakat pun sejahtera.
Lalu, bagaimana dengan kewirausahaan? Pilar ini mendorong penguatan ekonomi lokal berbasis potensi desa. Akhmad Sobirin, penerima apresiasi 2016 dan Tokoh Penggerak di Desa Sejahtera Astra Semedo, Banyumas, berhasil meningkatkan nilai tambah produk gula semut. Kelompok tani yang awalnya 25 orang membengkak jadi lebih dari 1.500 petani. Nilai jualnya melonjak dari Rp 2.000-5.000 per kg menjadi Rp 15.000 per kg untuk produk ekspor.
Kisah sukses serupa bertebaran. Desa Sejahtera Astra Purworejo, Jateng, mengekspor produk Coffee Wood dan Coconut Rope Dog Chew ke Eropa dan AS dengan nilai Rp 43,52 miliar. Pendapatan masyarakat naik sampai 70%. Di Pandeglang, Banten, terjadi pelepasan ekspor perdana 5.000 ekor ikan mas Sinyonya ke Vietnam. Sementara dari Bajawa, NTT, 15 ton kopi berhasil dikirim ke Thailand dengan nilai lebih dari Rp 1,65 miliar, melibatkan lebih dari 200 petani.
Pada akhirnya, capaian di berbagai wilayah ini menunjukkan satu hal: pemberdayaan yang konsisten, kolaboratif, dan berbasis kebutuhan lokal memang mampu menghadirkan perubahan nyata. Dengan merangkai keempat pilar itu, Astra berusaha membangun fondasi yang tak cuma mengejar hasil, tapi juga keberlanjutan dampaknya untuk generasi sekarang dan nanti.
Kedepannya, Astra akan terus memperkuat upaya pemberdayaan komunitas ini di bawah payung Desa Sejahtera Astra. Semua sejalan dengan cita-cita mereka untuk Sejahtera Bersama Bangsa dan tentu saja, mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs di Indonesia.
Artikel Terkait
Mogadishu Bergolak, Israel Akui Kemerdekaan Somaliland
Kepintaran dan Kepedihan: Kisah Pilu Siswi SD di Balik Tragedi Medan
Hasil Labfor Polda Sumut: DNA Ayah Tak Ditemukan pada Pisau dan Jejak Darah di TKP
Banjir Satu Meter Rendam Puluhan Rumah di Griya Cikeas