"Ya gimana, panggilan aja bang. Kalau ada acara gitu, CFD begini, ya kita ikut partisipasi juga kalau emang dibutuhin gitu," ucapnya sambil tersenyum.
Bagi Fajar, ini bukan sekadar tampil. Dia punya alasan yang lebih dalam. Keinginannya sederhana: melestarikan warisan budaya leluhur sebelum benar-benar punah ditelan zaman.
"Ya kita sih emang buat mempertahankan gitu bang, kebudayaan. Sebab kan kalau emang kita lihat di zaman sekarang ini ya, mana mau sih ya gitu ya anak-anak jaman sekarang main Tanjidor kayak gini," keluhnya.
Harapannya jelas, agar kesenian ini tetap mendapat tempat di hati masyarakat. Sementara di sekelilingnya, CFD terus berlangsung dengan gegap gempitanya sendiri sebuah perpaduan antara tradisi dan gaya hidup modern yang terjadi di jantung ibu kota.
Artikel Terkait
1.200 Perempuan Pecahkan Rekor Donor Darah, PAM JAYA Raih Apresiasi MURI
One Way Berlaku di Puncak, Antisipasi Arus Balik Wisatawan ke Jakarta
Malam Tahun Baru Jakarta: Drone Gantikan Kembang Api, Dana Hiburan Disalurkan untuk Korban Bencana
Pemilu Myanmar di Tengah Perang: Suara Sepi dan Bayangan Junta