Dari Pangalengan ke Sekolah: Koperasi Susu Siap Jadi Tulang Punggung Program Makan Bergizi

- Senin, 22 Desember 2025 | 16:50 WIB
Dari Pangalengan ke Sekolah: Koperasi Susu Siap Jadi Tulang Punggung Program Makan Bergizi

“Kita jangan mau kalah bersaing dengan yang punya swasta, agar dampaknya bisa langsung dirasakan masyarakat,” ucapnya.

Kaitannya dengan program MBG, Ferry punya visi besar. Dia ingin SPPG di seluruh Indonesia membangun rantai pasok yang bersumber dari koperasi, terutama Kopdes Merah Putih.

“Bukan hanya susu, tapi juga sayur-sayurannya juga nanti akan disuplai koperasi petani sayur dan lain sebagainya,” paparnya.

“Jadi, tujuan kita memang membangun ekosistem koperasi untuk mensuplai kebutuhan dari SPPG dalam program MBG.”

Menurut Ferry, semua ini harus berlandaskan kualitas. Sertifikasi susu adalah fondasi utama. Sebab, susu adalah produk pangan strategis yang berdampak langsung pada kesehatan, khususnya anak-anak.

“Oleh karena itu, pemenuhan standar mutu dan keamanan pangan, serta sertifikasi dari hulu hingga hilir, harus menjadi perhatian utama koperasi,” jelasnya.

Peran kolektif koperasi, tegas Ferry, adalah kunci sukses program MBG. Koperasi produsen susu harus mampu menyediakan susu yang aman, terstandar, dan tersertifikasi, dengan distribusi yang tertib.

“Suplai untuk MBG tidak hanya menuntut ketersediaan produk,” papar Ferry.

“Tetapi juga kesiapan koperasi dalam tata kelola, pencatatan, ketelusuran, dan manajemen rantai pasok. Di sinilah koperasi diuji untuk naik kelas.”

Sementara dari sisi KPBS Pangalengan sendiri, Ketuanya Aun Gunawan membeberkan fakta-fakta yang cukup solid. Koperasi yang berdiri sejak 1969 ini kini punya lebih dari 4.500 anggota.

Populasi sapinya mencapai 16 ribu ekor, dengan produksi susu segar yang bisa menyentuh 80 ton per hari.

Untuk mendukung semua itu, mereka mengoperasikan 28 Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) yang terintegrasi penuh dengan sistem ERP. Delapan di antaranya sudah dilengkapi sistem pendingin susu, yang membuat proses dari peternakan ke pabrik pengolahan jadi lebih efisien.

“Mulai dari pengumpulan susu di tingkat peternakan hingga pengiriman ke industri pengolahan susu,” kata Aun.

Saat ini, KPBS Pangalengan sudah memasok susu ke 50 SPPG dalam program MBG. Caranya pun unik.

“Tapi, susu kita tidak didrop ke SPPG, tapi langsung ke sekolah bersamaan waktu dengan SPPG. Kita siapkan sekitar 700 ribu cup per bulan,” pungkas Aun.


Halaman:

Komentar