Jelang Black Friday 2025, Ini Sejarah di Balik Pesta Diskon Terbesar

- Jumat, 21 November 2025 | 14:25 WIB
Jelang Black Friday 2025, Ini Sejarah di Balik Pesta Diskon Terbesar

Asal-usul istilah ini ternyata punya beberapa versi. Menurut Britannica, salah satu cerita yang cukup terkenal datang dari kota Philadelphia sekitar tahun 1960-an. Kala itu, polisi setempat menggunakan istilah "Black Friday" untuk menggambarkan situasi kota yang kacau balau—macet parah dan keramaian luar biasa—akibat orang-orang memadati toko sehari setelah Thanksgiving.

Di sisi lain, ada juga penjelasan yang berkaitan dengan dunia akuntansi. Konon, para pelaku ritel menggunakan momen ini untuk "balik modal". Penjualan yang meledak di akhir tahun ini dikatakan mengubah catatan keuangan mereka dari merah (rugi) menjadi hitam (untung). Makanya disebut "Black" Friday.

Seiring waktu, tren ini makin meluas. BBC Bitesize mencatat, gelombang diskon Black Friday makin menjadi-jadi ketika toko online ikut meramaikan. Sekarang, hampir semua negara dan platform e-commerce turut serta dalam euforia ini.

Gimana Sih Suasana Belanja di Black Friday?

Sudah jadi rahasia umum, Black Friday adalah pesta belanja. Banyak toko—baik fisik maupun daring—menawarkan potongan harga yang gila-gilaan. Mulai dari diskon gede, flash sale, sampai penawaran bundling yang bikin mata sulit berkedip.

USA Today menyoroti bahwa belakangan ini, banyak peritel yang mulai buka promo lebih awal. Mereka ngasih penawaran pra-Black Friday dan fokus pada kampanye online. Alasannya sederhana: minat belanja masyarakat memang lagi tinggi-tingginya, terutama untuk barang elektronik, furniture, dan fashion.

Yang menarik, euforia Black Friday sekarang nggak cuma sehari. Banyak toko yang memperpanjang promonya sampai akhir pekan, bahkan sampai Cyber Monday—hari di mana diskon berfokus pada produk digital. Jadinya, konsumen punya waktu lebih lama untuk hunting barang-barang impian mereka.


Halaman:

Komentar