Di sebuah forum internasional di China, suara Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa'aduddin Djamal menggema. Dengan tegas, ia menegaskan kembali posisi ibu kota Provinsi Aceh sebagai bagian penting dari jalur sutra maritim dunia. Bukan sekadar klaim kosong, pernyataan itu dibuktikan dengan paparan mendalam tentang daerah yang dipimpinnya.
Illiza hadir di Maritime Silk Road Conference atas undangan khusus dari Kantor Cabang Zhejiang Kantor Berita Xinhua dan Pemerintah Rakyat Kota Wenzhou. Forum itu sendiri fokus pada kerja sama pariwisata budaya, perdagangan, dan sektor terkait lainnya.
"Sejak abad ke-15, pelabuhan kami telah menjadi tempat persinggahan kapal dari Tiongkok, Arab, dan India," ujar Illiza dalam keterangannya, Jumat (21/11/2025). "Mereka membawa rempah, sutra, ilmu, dan nilai-nilai peradaban."
Menurutnya, Banda Aceh yang terletak di ujung barat Indonesia memang merupakan titik awal Jalur Sutra Maritim di Asia Tenggara. Presentasinya di hadapan para delegasi berhasil menggaungkan kembali fakta sejarah yang tak boleh dilupakan itu.
Di ruang konferensi itu hadir perwakilan Unesco dan World Tourism Alliance, pejabat pemerintah dari berbagai kota di sepanjang jalur sutra maritim, hingga perwakilan senior platform sosial dan pariwisata terkemuka seperti TikTok, Tripadvisor, Trip.com, dan Fliggy.
"Kami dikenal sebagai Serambi Mekkah," jelas Illiza, "bukan sekadar karena religiusitasnya, tapi karena keterbukaannya terhadap dunia."
Ia melanjutkan dengan bangga, "Banda Aceh adalah pusat peradaban Islam tertua di Asia Tenggara. Warisan Kesultanan Aceh Darussalam masih hidup hingga kini, mulai dari keagungan Masjid Raya Baiturrahman, hingga jejak sejarah di Gunongan."
Nilai yang dipegang dalam pembangunan kota ternyata sederhana namun penuh makna: Faith, Culture, and Harmony. Semua itu dibungkus dalam visi besar 'Banda Aceh Kota Kolaborasi'.
"Di sini kami menekankan kemitraan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat," tuturnya, "untuk menciptakan kota yang modern, inklusif, dan berdaya saing."
Tak lupa Illiza memperkenalkan brand pariwisata "Charming Banda Aceh" yang merepresentasikan lima pesona: wisata budaya dan seni, tsunami dan ketangguhan, religi dan sejarah Islam, kuliner, dan wisata bahari. Semua diwujudkan melalui sinergi tiga daerah yaitu Banda Aceh, Sabang, dan Jantho (Basajan).
Artikel Terkait
Bogor, Kota yang Menyemai Benih Sejarah Konferensi Asia Afrika
Gibran Terbang ke Afrika Selatan, Gantikan Prabowo di Forum G20
Bus Gajayana Resmi Beroperasi, Gratis Seminggu Penuh untuk Warga Malang
Restoran Mewah dan Vila Terbongkar dalam OTT Pejabat Pajak