Rahmah El Yunusiyah, lahir pada 1900, adalah seorang pelopor pendidikan bagi perempuan. Ia mendirikan Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang pada 1 November 1923. Prestasinya diakui secara internasional ketika Universitas Al-Azhar di Cairo menganugerahinya gelar kehormatan "Syaikhah", menjadikannya ulama perempuan pertama yang mendapat pengakuan tersebut. Sistem pendidikannya menginspirasi berdirinya fakultas khusus perempuan di Al-Azhar.
6. Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo dari Jawa Tengah
Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo adalah tokoh militer yang pernah menjabat sebagai Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD, kini Kopassus) dan Gubernur Akademi Militer. Ia dikenal dalam sejumlah operasi militer penting. Dalam kehidupan keluarga, ia adalah ayah dari mendiang Ibu Negara Ani Yudhoyono.
7. Sultan Muhammad Salahuddin dari Nusa Tenggara Barat
Sultan Muhammad Salahuddin (1888-1951) adalah Sultan Bima ke-XIV yang memerintah dari 1915 hingga 1951. Beliau dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan gigih menentang penjajahan Belanda di wilayah Bima, menjaga kedaulatan kerajaan dan rakyatnya.
8. Syaikhona Muhammad Kholil dari Jawa Timur
Syaikhona Muhammad Kholil (1820-1925) adalah ulama kharismatik dari Bangkalan, Madura. Keilmuannya yang mendalam menjadikannya guru bagi banyak pendiri organisasi Islam besar, termasuk KH. M. Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama. Perannya dalam mencetak kader-kader ulama memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan Islam di Indonesia.
9. Tuan Rondahaim Saragih dari Sumatera Utara
Tuan Rondahaim Saragih Garingging adalah pejuang dari Kerajaan Raya, Simalungun, yang aktif melawan kolonial Belanda antara 1880 hingga 1891. Perlawanannya yang sengit berhasil mempertahankan wilayah Simalungun dari incaran perkebunan Belanda, menunjukkan kepemimpinan dan strategi perang yang tangguh.
10. Zainal Abidin Syah dari Maluku Utara
Sultan Zainal Abidin Syah, lahir di Tidore pada 15 Agustus 1912, tercatat dalam sejarah sebagai Gubernur pertama Irian Barat (sekarang Papua dan Papua Barat) yang menjabat dari 1956 hingga 1961. Penunjukannya menegaskan integrasi wilayah Papua ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Artikel Terkait
Terapi Oksigen Hiperbarik RS Yarsi Pulihkan Gendang Telinga Korban Ledakan SMAN 72
Jusuf Kalla Bela Gelar Pahlawan Soeharto: Amal Lebih Banyak daripada Dosa
Topan Super Fung-wong Hantam Filipina: 4 Tewas, Jutaan Warga Dievakuasi
Prof Arif Satria Dilantik Prabowo Jadi Kepala BRIN, Segera Mundur dari Rektor IPB