Dr. Ing. Ilham Akbar Habibie, Ketua Dewan Pembina THC, menekankan pentingnya peningkatan kesadaran publik dan kapasitas sumber daya manusia dalam tata kelola sampah laut. "Kami sangat senang bekerja sama dengan siapa saja untuk menangani sampah laut, termasuk dengan OAC," ujarnya.
Di sisi lain, Dr. Lee Shan Ying dari OAC Taiwan menyatakan bahwa kerja sama ini merupakan manifestasi visi Taiwan untuk mewujudkan laut yang sejahtera. "Laut tidak mengenal batas, sehingga tanggung jawab untuk melindunginya juga tidak seharusnya dibatasi oleh batas wilayah," tegas Lee.
Tantangan Sampah Laut Indonesia dan Pembelajaran dari Taiwan
Prof. Muhammad Reza Cordova dari BRIN memaparkan temuan mengkhawatirkan dimana sampah laut dari Indonesia dapat hanyut hingga ke Samudra Hindia dan Benua Afrika. BRIN memperkirakan kebocoran plastik ke laut Indonesia mencapai 200.000 hingga 650.000 ton per tahun.
Prof. Reza juga menyoroti perbedaan signifikan dalam tingkat daur ulang. "Tingkat daur ulang di Indonesia masih rendah, hanya sekitar 10-20%, sedangkan di Taiwan mencapai 60%. Kita perlu belajar dari Taiwan, termasuk inovasi sosial seperti platform digital untuk sistem daur ulang," jelasnya.
Masa Depan dan Dampak Kerja Sama
Kerja sama THC dan OAC ini bertujuan untuk menyinergikan pengembangan kapasitas pengelolaan sampah laut, dengan memanfaatkan pengalaman dan teknologi dari Taiwan. Diharapkan, melalui lokakarya dan publikasi riset, skema kerja sama ini dapat diperluas dan melibatkan lebih banyak pihak di kawasan Indo-Pasifik.
The Habibie Center pun mengajak seluruh mitra nasional dan internasional dari berbagai sektor untuk bergerak bersama dalam mendukung upaya penanganan sampah plastik laut secara berkelanjutan.
Artikel Terkait
Supermoon 5 November 2025: Dampak Banjir Rob Jakarta dan Wilayah yang Terancam
Kunci Sukses Kuliah: 7 Strategi Menyeimbangkan Kemauan dan Kemampuan
Geng Bandung Deklarasi: Tuntutan Kritis ke Prabowo dan Dukungan untuk Delpredo
Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Segera Rampung, Dijadwalkan Rilis Desember