Profil dan Rekam Jejak Abu Bakar Baasyir, Mendadak Temui Jokowi di Solo

- Selasa, 30 September 2025 | 15:15 WIB
Profil dan Rekam Jejak Abu Bakar Baasyir, Mendadak Temui Jokowi di Solo


Momen pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mukmin Ngruki, Abu Bakar Ba'asyir, menemui Presiden ke-7 Joko Widodo alias Jokowi menyita perhatian publik.

Abu Bakar Ba'asyir menyambangi rumah Jokowi yang terletak di Jalan Kutai Utara 1, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, pada Senin, 29 September 2025.

Menyambut kedatangan Abu Bakar Ba'asyir, Jokowi langsung menyambut hangat dengan menyalami dan mencium tangan sang penceramah.

Isi pembicaraan dalam pertemuan tertutup tersebut diketahui berpusat pada nasihat dari Abu Bakar Ba'asyir agar Jokowi lebih mengabdi kepada Islam.

Berikut adalah profil dan rekam jejak Abu Bakar Ba'asyir. Kehadirannya dalam pertemuan itu bahkan disebut-sebut sempat membuat Jokowi terkejut.

Profil dan Rekam Jejak Abu Bakar Ba’asyir

Abu Bakar Ba'asyir lahir dari keluarga sederhana di Desa Pekunden, Mojoagung, Jombang, Jawa Timur, pada tanggal 17 Agustus 1938.

Ayahnya bernama Abud Ahmad Ba'asyir, seorang pedagang kain berdarah Yaman. Sementara itu, ibunya bernama Halimah.

Abu Bakar Ba'asyir adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara, terdiri dari empat perempuan dan tiga laki-laki bernama Seha, Fatmah, Aisyah, Salim, dan Ahmad.

Pada usia tujuh tahun, Abu Bakar Ba'asyir menjadi yatim setelah sang ayah wafat pada tahun 1945.

Sepeninggal ayahnya, ia dibesarkan oleh ibunya yang meskipun tidak pernah mengenyam pendidikan formal, mahiran mengaji dan memiliki pemahaman agama.

Berbekal ilmu agama itulah, sang ibu membimbing dan menanamkan nilai-nilai Al-Qur'an kepada anak-anaknya dengan penuh kasih sayang.

Di bawah asuhan ibunya, Abu Bakar Baasyir tumbuh menjadi pemuda sederhana yang terbentuk dalam suasana religius dan penuh keteladanan.

Dari kisah yang ia tuturkan sendiri, tampak jelas betapa besar rasa sayangnya terhadap sang ibu. Oleh karena itu, ketika ibunya wafat pada 1980, ia merasakan duka mendalam.

Kehidupan keluarganya yang sederhana di Mojoagung membuat pendidikan formal hanya dijalaninya hingga kelas satu SMA.

Demi membantu perekonomian keluarga, ia pernah bekerja selama satu setengah tahun membantu kakaknya mengelola usaha tenun.

Pada tahun 1959–1963, Abu Bakar Ba'asyir melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, atas bantuan biaya dari dua kakaknya.

Setelah lulus dari Gontor, ia melanjutkan kuliah di Universitas Al-Irsyad Surakarta dengan mengambil jurusan Dakwah.

Jauh sebelum dikenal sebagai mubalig, ia sudah aktif di berbagai organisasi Islam.

Tahun 1956, ia aktif sebagai sekretaris tingkat kecamatan dalam Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII).

Tahun 1961, ia menjabat sebagai ketua Pelajar Islam Indonesia (PII) ranting Pondok Pesantren Gontor.

Kemudian pada tahun 1966, ia menjadi ketua Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI) cabang Surakarta.

Ia juga pernah menjabat sebagai sekretaris umum Pemuda Al-Irsyad cabang Surakarta.

Berbagai pengalaman organisasinya telah banyak menempa pribadi Abu Bakar Ba'asyir dalam menghadapi dinamika kehidupan sosial maupun keagamaan.

Pada tahun 1967, bersama sahabat karibnya, Ustadz Abdullah Sungkar dan Ustadz Hasan Basri, ia mendirikan pemancar Radio Dakwah Islamiyah Al-Irsyad Broadcasting Commission.

Lalu pada tahun 1969, mereka mendirikan Radio Dakwah Islamiyah Surakarta (RADIS). Namun, pada tahun 1975, pemerintah melarang RADIS mengudara.

Meski demikian, radio bukanlah satu-satunya media dakwah. Setelah penutupan RADIS, Abu Bakar Ba'asyir kemudian mengalihkan fokusnya pada bidang pendidikan.

Atas inisiatif bersama sahabatnya, Ustadz Abdullah Sungkar, pada tahun 1972 mereka mendirikan Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki.

Saat itu, Ustadz Abdullah Sungkar menjabat sebagai ketua yayasan, sedangkan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir dipercaya sebagai pimpinan pesantren.

Lebih lanjut, Abu Bakar Ba'asyir pernah dikaitkan dengan sejumlah jaringan radikal, salah satunyaa adalah Jemaah Islamiyah (JI).

Namanya bahkan selalu disebut-sebut dalam kasus-kasus besar, termasuk peristiwa Bom Bali yang terjadi pada 2002 silam.

Sumber: suara
Foto: Presiden ke-7 Jokowo kaget dengan kedatangan pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mukmin Ngruki Sukoharjo Ustad Abu Bakar Baasyir ke kediamannya di Jalan Kutai Utara 1 Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Senin (29/9/2025). [Suara.com/Ari Welianto]

Komentar