Momen Guru Skakmat Wapres Gibran Perkara AI Didukung Artis, Ada Yuni Shara Hingga Denny Caknan

- Kamis, 19 Juni 2025 | 05:50 WIB
Momen Guru Skakmat Wapres Gibran Perkara AI Didukung Artis, Ada Yuni Shara Hingga Denny Caknan


Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka terus menuai protes hingga hujatan dari netizen karena gebrakannya ingin Artificial Intelligence (AI) menjadi mata pelajaran hingga kurikulum pendidikan dari sekolah dasar.

Dalam sebuah pidatonya di hadapan publik, pria 37 tahun ini mengaku bingung karena selalu mendapat respons negatif saat membahas AI untuk pendidikan.

"Saya nggak tahu kenapa tiap kali saya posting AI di Instagram, TikTok itu pasti reaksinya negatif," ucap anak sulung mantan presiden Jokowi ini.

Seorang perempuan berprofesi sebagai guru bernama Fitria Anis Kurly lewat akun sosial medianya memberikan pesan menohok.

"Oh jadi Pak Wapres nggak tahu kenapa, saya bantu jelaskan ya. Jadi bapak sering ke SD, SMP, SMA bicara pendidikan AI tapi dapat respons negatif, jadi gini ya pak," katanya di awal videonya.

Perempuan yang diketahui pernah menjadi guru di Polandia ini pelan-pelan menjabarkan alasan publik menolak gagasan AI masuk sekolah berdasarkan pandangannya.

Pertama, masalah pendidikan di Indonesia menurut guru satu ini jauh lebih besar dan mendesak daripada gebrakan pendidikan AI untuk anak-anak sekolah dasar hingga menengah.

Dia kemudian membeberkan fakta tentang nasib anak-anak yang masih harus berjuang demi bisa pergi ke sekolah setiap harinya.

Ada yang harus jalan kaki menempuh jarak puluhan kilometer, menyebrang sungai pakai perahu, hingga menyebrangi jembatan rusak yang taruhannya nyawa demi bisa berangkat sekolah.

Guru ini sampai menyinggung agar Gibran bisa belajar dari bapaknya yakni Presiden Jokowi untuk membangun infrastruktur ketimbang memaksakan AI masuk mata pelajaran atau kurikulum sekolah.

"Ayah bapak kan sudah bangun jalan tol, setidaknya bapak bertanya dan belajar bangun jembatan dulu saja untuk mereka pak," pesannya.

Poin selanjutnya, guru ini meminta Gibran lebih baik memotivasi anak-anak sekolah dasar hingga menengah untuk melek literasi.

Ini mengingat literasi di Indonesia sangat rendah. Banyak yang bisa baca namun tidak paham apa yang dibacanya.

"Nah coba bapak beri motivasi mereka untuk banyak membaca, kalau boleh tahu buku bacaan favorit bapak apa nanti saya sampaikan ke murid-murid saya biar mereka termotivasi," katanya.

Kemudian guru ini menyinggung kalau Gibran tak suka baca buku sehingga susah memberikan contoh.

"Oh bapak nggak suka baca buku ya, oh ya sudah poin yang ini kita skip aja pak," celetuknya.

Hal yang dikritik selanjutnya adalah tentang nasib guru honorer yang gajinya masih jauh dari kata cukup.

Bukan hanya kecil namun dibayarkannya juga tidak tepat waktu.

Dia membandingkan dengan staf khusus (stafsus) presiden yang punya gaji besar dan dibayarkan tepat waktu namun tugasnya tidak terlalu kelihatan.

"Lalu gimana pak dengan guru-guru yang masih berahan dengan gaji Rp 300 ribu, Rp 600 ribu gajinya dirapel pak beberapa bulan baru dibayar, stafsus yang nggak ikut mencerdaskan anak bangsa aja gajinya lebih besar pak dan saya yakin mereka dibayar on time dan pasti nggak ada tugas administrasi menggunung untuk mereka kan," bebernya.


Wapres Gibran dapat pesan menohok dari guru ini soal AI. (Instagram/@fakulry)

Kemudian guru ini membahas tentang sistem pendidikan Indonesia yang masih berorientasi pada hasil daripada proses dan isinya.

Buktinya masih banyak yang lebih mementingkan ijazah daripada isi pikirannya.

Dia menyinggung tentang menteri di kabinet Gibran yang gelarnya dipermasalahkan karena diduga ijazahnya beli.

"Pendidikan itu bukan cuma soal ujian pak tapi pendidikan itu soal anak-anak kita yang bisa berpikir kritis, beradaptasi dengan perubahan, dan siap memasuki dunia kerja tanpa orang dalam, tapi untuk poin ini bapak sepertinya tidak relate juga ya jadi kita skip aja dulu," sindirnya.

Menurutnya, itu baru secuil permasalahan yang dihadapi Indonesia dan sangat dasar.

"Itu baru secuil masalah pendidikan kita pak, jadi gimana mungkin bapak bicara tentang AI, teknologi canggih kalau masalah yang utama dalam pendidikan kita ini masih terus diabaikan," ungkapnya.

Dia pun menyarankan Gibran untuk membahas hal lain yang lebih berbobot seperti keadilan pendidikan yang merata.

"Saya yakin bapak nggak perlu bayar buzzer pasti banyak yang mendukung bapak," tegasnya.

Pendidikan AI juga akan percuma diajarkan kalau permasalahan utama dan dasar pendidikan di Indonesia belum selesai.

"Pak kalau semua permasalahan dasar itu nggak selesai yang bapak ajarkan tentang AI cuma jadi angan-angan kosong untuk murid dan guru yang masih terjebak dalam ketidakadilan dan ketertinggalan," jelasnya.

Dia meminta Gibran untuk lebih banyak terjun ke lapangan melihat potret pendidikan di Indonesia di daerah-daerah lain daripada membahas AI terus menerus.

"Pak Gibran sekarang waktunya untuk bapak berani melihat dan mengakui pendidikan kita punya PR yang jauh lebih besar dan mendesak ketimbang AI," tegasnya.

"Coba bapak kunjungi sekolah-sekolah di daerah tertinggal di Papua, Sulawesi, Kalimantan dan masih banyak daerah lainnya. Nanti bapak akan paham," tambahnya mengakhiri videonya.

Tak disangka video guru tersebut viral bahkan sampai dikomentari beberapa publik figure hingga selebritis.

Di kolom komentar ada artis Yuni Shara yang memberikan emoji love, penyanyi Cakra Khan yang memberikan emoji jempol hingga influencer Jerome Poline juga ikut meninggalkan komentar mendukung.

Sumber: suara
Foto: Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka (Instagram/@setwapres.ri)

Komentar

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Polisi Tangkap Pembunuh Ibu Kandung di Wonogiri

Sabtu, 16 Agustus 2025 | 10:45 WIB

Heboh Yusa Cahyo Utomo Donorkan Organ Tubuh Usai Divonis Mati PN Kediri, Ini Alasan dan Sosoknya Tayang: Sabtu, 16 Agustus 2025 08:53 WIB Tribun XBaca tanpa iklan Editor: Valentino Verry zoom-inHeboh Yusa Cahyo Utomo Donorkan Organ Tubuh Usai Divonis Mati PN Kediri, Ini Alasan dan Sosoknya Tribunjatim.com/Isya Anshari A-A+ INGIN DONOR ORGAN TUBUH - Yusa Cahyo Utomo, terdakwa pembunuh satu keluarga, divonis hukuman mati oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu (13/8/2025) siang. Yusa mengaku menyesali perbuatannya dan berkeinginan menyumbangkan organ tubuhnya kepada sang keponakan yang masih hidup, sebagai bentuk penebusan kesalahan. WARTAKOTALIVE.COM, KEDIRI - Jika seorang terdakwa dijatuhi vonis mati biasanya tertunduk lesu, ada pula yang menangis. Lain halnya dengan Yusa Cahyo Utomo, terdakwa kasus pembunuhan satu keluarga di Kediri, Jawa Timur. Tak ada penyesalan, bahkan dia sempat tersenyum kepada wartawan yang mewancarainya usai sidang vonis oleh Pengadilan Negeri Kabupaten Kediri, Rabu (13/8/2025). Dengan penuh percaya diri, Yusa Cahyo Utomo ingin mendonorkan organ tubuhnya usai dijatuhi vonis mati oleh majelis hakim. Baca juga: Alasan Pembunuh Satu Keluarga Tak Habisi Anak Bungsu, Mengaku Kasihan Saat Berusaha Bergerak Tentu ini cukup aneh, namun niat Yusa Cahyo Utomo ini ternyata ada makna yang besar. Donor organ tubuh adalah proses yang dilakukan untuk menyelamatkan atau memperbaiki hidup penerima organ yang mengalami kerusakan atau kegagalan fungsi organ. Biasanya, orang akan secara sukarela menyumbangkan organ tubuhnya untuk ditransplantasikan kepada orang lain yang membutuhkan. Saya berpesan, nanti di akhir hidup saya, bisa sedikit menebus kesalahan ini (membunuh) dengan menyumbangkan organ saya, ucapnya dilansir TribunJatim.com. Baca juga: Pelaku Pembunuhan Satu Keluarga di Kediri Ternyata Masih Saudara Sendiri, Ini Motfinya Kalau saya diberikan hukuman mati, saya siap menyumbangkan semua organ saya, apapun itu, imbuhnya. Yusa Cahyo Utomo merupakan warga Bangsongan, Kecamatan Kayen, Kabupaten Kediri. Ia adalah seorang duda cerai dengan satu anak. Yusa merupakan pelaku pembunuhan terhadap satu keluarga di Dusun Gondang Legi, Desa Pandantoyo, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, pada Desember 2024. Yusa menghabisi nyawa pasangan suami istri (pasutri) Agus Komarudin (38) dan Kristina (34), beserta anak sulung, CAW (12). Anak bungsu korban, SPY (8), ditemukan selamat dalam kondisi luka serius. Yusa mengaku ia tak tega menghabisi nyawa SPY karena merasa kasihan. Tersangka meninggalkannya dalam kondisi bernapas. Alasannya dia merasa kasihan pada yang paling kecil, ungkap AKP Fauzy Pratama yang kala itu menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Kediri, masih dari TribunJatim.com. Hubungan Yusa dengan korban Kristina adalah kakak adik. Pelaku merupakan adik kandung korban. Namun, sejak kecil, Yusa diasuh oleh kerabat lainnya di Bangsongan, Kecamatan Kayen. Selama itu, Yusa tak pernah mengunjungi keluarganya yang ada di Pandantoyo, Kecamatan Ngancar. Dikutip dari Kompas.com, motif Yusa menghabisi Kristina dan keluarganya karena masalah utang dan rasa sakit hati. Yusa memiliki utang di sebuah koperasi di Kabupayen Lamongan sebanyak Rp12 juta dan kepada Kristina senilai Rp2 juta. Karena Yusa tak memiliki pekerjaan dan utangnya terus menumpuk, ia pun memutuskan bertemu Kristina untuk meminjam uang. Kristina menolak permintaan Yusa sebab sang adik belum melunasi utang sebanyak Rp2 juta kepadanya. Penolakan itu kemudian memicu rasa sakit hati bagi Yusa hingga merencanakan pembunuhan terhadap Kristina dan keluarganya. Buntut aksi kejamnya, Yusa tak hanya divonis mati, pihak keluarga juga enggan menerimanya kembali. Sepupu korban dan pelaku, Marsudi (28), mengungkapkan pihak keluarga tak akan menerima kepulangan Yusa. Keluarga sudah enggak mau menerima (jika pelaku pulang), ungkapnya. Kronologi Pembunuhan Rencana pembunuhan oleh Yusa Cahyo Utomo terhadap Kristina dan keluarganya berawal dari penolakan korban meminjami uang kepada pelaku, Minggu (1/12/2024). Sakit hati permintaannya ditolak, Yusa kembali ke rumah Kristina pada Rabu (4/12/2024) dini hari pukul 3.00 WIB. Ia menyelinap ke dapur di bagian belakang rumah dan menunggu Kristina keluar. Saat Kristina keluar, Yusa lantas menghabisi nyawa kakak kandungnya itu menggunakan palu. Suami Kristina, Agus, mendengar suara teriakan sang istri dan keluar untuk mengecek. Nahas, Agus juga dibunuh oleh Yusa. Aksi Yusa berlanjut dengan menyerang anak Kristina, CAW dan SPY. Namun, ia membiarkan SPY tetap hidup sebab merasa kasihan. Usai melancarkan aksinya, Yusa membawa barang berharga milik korban, termasuk mobil dan beberapa telepon genggam. Ia kemudian kabur ke Lamongan dan berhasil ditangkap pada Kamis (5/12/2025). Atas perbuatannya, Yusa dijatuhi vonis mati buntut pembunuhan berencana terhadap Kristina dan keluarga. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Yusa Cahyo Utomo dengan hukuman mati, kata Ketua Majelis Hakim, Dwiyantoro dalam sidang putusan yang berlangsung di Ruang Cakra Pengadilan Negeri Kabupaten Kediri, Rabu (13/8/2025), pukul 12.30 WIB, masih dikutip dari TribunJatim.com.

Sabtu, 16 Agustus 2025 | 10:45 WIB

Pidato Prabowo Buka Jalan Kembali ke UUD 1945 Asli

Sabtu, 16 Agustus 2025 | 10:30 WIB

Terpopuler

15

Heboh Yusa Cahyo Utomo Donorkan Organ Tubuh Usai Divonis Mati PN Kediri, Ini Alasan dan Sosoknya Tayang: Sabtu, 16 Agustus 2025 08:53 WIB Tribun XBaca tanpa iklan Editor: Valentino Verry zoom-inHeboh Yusa Cahyo Utomo Donorkan Organ Tubuh Usai Divonis Mati PN Kediri, Ini Alasan dan Sosoknya Tribunjatim.com/Isya Anshari A-A+ INGIN DONOR ORGAN TUBUH - Yusa Cahyo Utomo, terdakwa pembunuh satu keluarga, divonis hukuman mati oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu (13/8/2025) siang. Yusa mengaku menyesali perbuatannya dan berkeinginan menyumbangkan organ tubuhnya kepada sang keponakan yang masih hidup, sebagai bentuk penebusan kesalahan. WARTAKOTALIVE.COM, KEDIRI - Jika seorang terdakwa dijatuhi vonis mati biasanya tertunduk lesu, ada pula yang menangis. Lain halnya dengan Yusa Cahyo Utomo, terdakwa kasus pembunuhan satu keluarga di Kediri, Jawa Timur. Tak ada penyesalan, bahkan dia sempat tersenyum kepada wartawan yang mewancarainya usai sidang vonis oleh Pengadilan Negeri Kabupaten Kediri, Rabu (13/8/2025). Dengan penuh percaya diri, Yusa Cahyo Utomo ingin mendonorkan organ tubuhnya usai dijatuhi vonis mati oleh majelis hakim. Baca juga: Alasan Pembunuh Satu Keluarga Tak Habisi Anak Bungsu, Mengaku Kasihan Saat Berusaha Bergerak Tentu ini cukup aneh, namun niat Yusa Cahyo Utomo ini ternyata ada makna yang besar. Donor organ tubuh adalah proses yang dilakukan untuk menyelamatkan atau memperbaiki hidup penerima organ yang mengalami kerusakan atau kegagalan fungsi organ. Biasanya, orang akan secara sukarela menyumbangkan organ tubuhnya untuk ditransplantasikan kepada orang lain yang membutuhkan. Saya berpesan, nanti di akhir hidup saya, bisa sedikit menebus kesalahan ini (membunuh) dengan menyumbangkan organ saya, ucapnya dilansir TribunJatim.com. Baca juga: Pelaku Pembunuhan Satu Keluarga di Kediri Ternyata Masih Saudara Sendiri, Ini Motfinya Kalau saya diberikan hukuman mati, saya siap menyumbangkan semua organ saya, apapun itu, imbuhnya. Yusa Cahyo Utomo merupakan warga Bangsongan, Kecamatan Kayen, Kabupaten Kediri. Ia adalah seorang duda cerai dengan satu anak. Yusa merupakan pelaku pembunuhan terhadap satu keluarga di Dusun Gondang Legi, Desa Pandantoyo, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, pada Desember 2024. Yusa menghabisi nyawa pasangan suami istri (pasutri) Agus Komarudin (38) dan Kristina (34), beserta anak sulung, CAW (12). Anak bungsu korban, SPY (8), ditemukan selamat dalam kondisi luka serius. Yusa mengaku ia tak tega menghabisi nyawa SPY karena merasa kasihan. Tersangka meninggalkannya dalam kondisi bernapas. Alasannya dia merasa kasihan pada yang paling kecil, ungkap AKP Fauzy Pratama yang kala itu menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Kediri, masih dari TribunJatim.com. Hubungan Yusa dengan korban Kristina adalah kakak adik. Pelaku merupakan adik kandung korban. Namun, sejak kecil, Yusa diasuh oleh kerabat lainnya di Bangsongan, Kecamatan Kayen. Selama itu, Yusa tak pernah mengunjungi keluarganya yang ada di Pandantoyo, Kecamatan Ngancar. Dikutip dari Kompas.com, motif Yusa menghabisi Kristina dan keluarganya karena masalah utang dan rasa sakit hati. Yusa memiliki utang di sebuah koperasi di Kabupayen Lamongan sebanyak Rp12 juta dan kepada Kristina senilai Rp2 juta. Karena Yusa tak memiliki pekerjaan dan utangnya terus menumpuk, ia pun memutuskan bertemu Kristina untuk meminjam uang. Kristina menolak permintaan Yusa sebab sang adik belum melunasi utang sebanyak Rp2 juta kepadanya. Penolakan itu kemudian memicu rasa sakit hati bagi Yusa hingga merencanakan pembunuhan terhadap Kristina dan keluarganya. Buntut aksi kejamnya, Yusa tak hanya divonis mati, pihak keluarga juga enggan menerimanya kembali. Sepupu korban dan pelaku, Marsudi (28), mengungkapkan pihak keluarga tak akan menerima kepulangan Yusa. Keluarga sudah enggak mau menerima (jika pelaku pulang), ungkapnya. Kronologi Pembunuhan Rencana pembunuhan oleh Yusa Cahyo Utomo terhadap Kristina dan keluarganya berawal dari penolakan korban meminjami uang kepada pelaku, Minggu (1/12/2024). Sakit hati permintaannya ditolak, Yusa kembali ke rumah Kristina pada Rabu (4/12/2024) dini hari pukul 3.00 WIB. Ia menyelinap ke dapur di bagian belakang rumah dan menunggu Kristina keluar. Saat Kristina keluar, Yusa lantas menghabisi nyawa kakak kandungnya itu menggunakan palu. Suami Kristina, Agus, mendengar suara teriakan sang istri dan keluar untuk mengecek. Nahas, Agus juga dibunuh oleh Yusa. Aksi Yusa berlanjut dengan menyerang anak Kristina, CAW dan SPY. Namun, ia membiarkan SPY tetap hidup sebab merasa kasihan. Usai melancarkan aksinya, Yusa membawa barang berharga milik korban, termasuk mobil dan beberapa telepon genggam. Ia kemudian kabur ke Lamongan dan berhasil ditangkap pada Kamis (5/12/2025). Atas perbuatannya, Yusa dijatuhi vonis mati buntut pembunuhan berencana terhadap Kristina dan keluarga. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Yusa Cahyo Utomo dengan hukuman mati, kata Ketua Majelis Hakim, Dwiyantoro dalam sidang putusan yang berlangsung di Ruang Cakra Pengadilan Negeri Kabupaten Kediri, Rabu (13/8/2025), pukul 12.30 WIB, masih dikutip dari TribunJatim.com.