Kalangan cendekiawan dia sindir sebagai "cendekiawan kain pel" yang mudah dimanfaatkan kekuasaan. Sementara guru-guru diingatkan agar pendidikan tidak sekadar jadi lahan bisnis. Intinya, semua elemen bangsa diajak introspeksi.
Di sisi lain, Said Didu juga memberikan pilihan tegas kepada Presiden terpilih, Prabowo Subianto. Pilihannya dikotomis: bersatu dengan rakyat untuk merebut kembali kedaulatan, atau tetap bersama oligarki dan menghadapi risiko terburuk: bubarnya negara.
Lalu, apa yang harus dilakukan? Dia merinci lima tindakan nyata yang diharapkan: memberantas korupsi, membersihkan pemerintahan, mengambil alih kedaulatan dari oligarki, menghentikan permainan politisi busuk, dan mengembalikan kekayaan negara ke tangan rakyat.
Namun, ada satu pertanyaan besar yang dia lontarkan, sekaligus menjadi peringatan.
Di akhir pesannya, Didu mengajak seluruh rakyat Indonesia bersatu. Tujuannya satu: merebut kembali apa yang telah dirampas. Pesan ini, klaimnya, murni untuk keselamatan bangsa. Bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok mana pun.
Artikel Terkait
Abu Ubaidah Gugur, Nama Jihad Itu Terus Hidup
Di Balik Layar, Kita Lebih Berani: Mengapa Kejujuran Lebih Mudah di Kolom Komentar?
Teddy Indra Wijaya: Satu Pintu yang Menyaring Suara Rakyat untuk Prabowo
Simpang Lima Semarang: Malam Tahun Baru Tanpa Kembang Api, Penuh Harmoni dan Donasi