Toko Buku Megah di KL, Cermin Pahitnya Minat Baca Kita

- Senin, 29 Desember 2025 | 14:00 WIB
Toko Buku Megah di KL, Cermin Pahitnya Minat Baca Kita

Memang, kalau lihat statistik buta huruf, kedua negara sama-sama punya angka di atas 95%. Tapi kan urusannya nggak cuma itu. Literasi fungsional kemampuan memahami dan menggunakan informasi dari bacaan di Malaysia sudah jauh lebih maju.

Di sisi lain, literasi digital kita juga masih tertatih. Angkanya cuma sekitar 62%, paling rendah di ASEAN. Rata-rata negara tetangga, termasuk Malaysia tentunya, sudah nyampe 70%. Global Knowledge Index pun menempatkan Malaysia di peringkat 51 dunia, sementara Indonesia nangkring di urutan 87.

Lalu, apa yang salah?

Budaya baca, mungkin itu kuncinya. UNESCO pernah mencatat sesuatu yang cukup memalukan: minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah, hanya 0,001%. Bandingkan dengan Malaysia yang punya budaya membaca lebih kuat, didorong oleh kebijakan pemerintah yang terintegrasi. Mereka serius, nggak setengah-setengah.

Data-data ini bukan omong kosong. Sumbernya bisa ditelusuri dari laporan Bank Dunia, OECD PISA, sampai publikasi resmi BPS.

Jadi, lihatlah foto-foto toko buku megah di Kuala Lumpur itu lagi. Itu bukan cuma soal gedung yang bagus. Itu adalah cerminan dari sebuah prioritas. Sebuah pilihan bangsa untuk menempatkan pengetahuan di tempat yang tinggi. Dan kita? Masih sibuk berdebat hal-hal lain yang seringkali nggak penting.


Halaman:

Komentar