Nah, ketika status berubah jadi transisi darurat, pendekatannya mulai berbeda. Pencarian korban mungkin masih dilakukan, tapi intensitasnya dikurangi di area-area tertentu terutama di permukiman warga yang aktivitasnya sudah ramai kembali. Peluang menemukan korban di titik-titik seperti itu dianggap semakin kecil.
Di sisi lain, pemerintah pusat dan daerah mulai mengerahkan sumber daya untuk hal-hal yang lebih jangka panjang. Fase ini menjadi jembatan menuju rehabilitasi.
Mereka mulai menyiapkan langkah-langkah awal: membangun hunian sementara, merancang pemukiman tetap, membersihkan lingkungan dari puing, dan memperbaiki infrastruktur vital yang rusak. Intinya, membangun kembali fondasi kehidupan warga.
Perubahan status ini, meski terlihat administratif, sebenarnya menandai sebuah peralihan penting: dari menyelamatkan nyawa menuju memulihkan penghidupan.
Artikel Terkait
Bencana Tapanuli Tengah: Empat Desa Masih Terisolasi, Relokasi Jadi Opsi
Darfur Berdarah Lagi: Lebih 200 Warga Sipil Jadi Korban Serangan Bermotif Etnis
Hijau dan Cokelat Beradu Palu, Hunian Darurat Tumbuh di Sisa Banjir Sumbar
Ampera Dikarantina Tiga Jam Demi Malam Tahun Baru yang Kondusif