Balig: Titik Awal Tanggung Jawab Syariat dalam Kehidupan Muslim

- Jumat, 26 Desember 2025 | 10:00 WIB
Balig: Titik Awal Tanggung Jawab Syariat dalam Kehidupan Muslim

Hidup manusia punya batas. Itu sebuah kepastian. Sejak dari rahim hingga ajal menjemput, kita tak pernah berhenti tumbuh dan berkembang. Memang, para ahli kadang masih berdebat soal detailnya, tapi proses itu nyata adanya.

Nah, Islam sebagai agama yang lengkap dan menyeluruh, tentu saja memberi perhatian serius pada fase-fase kehidupan manusia ini. Salah satu fase krusial yang menjadi perhatian adalah masa pubertas.

Masa Peralihan: Dari Anak Menuju Dewasa

Dalam psikologi, pubertas dikenal sebagai masa transisi. Saat itulah seorang anak berubah secara fisik dan seksual menuju kedewasaan. Perubahannya kompleks melibatkan hormon, tubuh, dan emosi dan ditandai dengan matangnya organ reproduksi.

Kapan tepatnya? Tidak bisa dipatok sama persis. Tapi umumnya, para pakar menyebut rentang usia 8 hingga 14 tahun. Perempuan biasanya lebih awal, sekitar usia 10 tahun. Sementara laki-laki menyusul di usia sekitar 12 tahun.

Dalam perspektif Islam, fase ini sangat erat kaitannya dengan konsep balig. Inilah titik di mana seorang muslim mulai dibebani kewajiban syariat, atau disebut mukallaf. Ia harus menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Lalu, bagaimana kita tahu seseorang sudah balig? Para fuqaha punya sejumlah patokan. Pertama, usianya menginjak lima belas tahun. Kedua, mengalami mimpi basah yang bisa terjadi sejak usia sembilan tahun. Bagi perempuan, ada tanda khusus yaitu datangnya haid, yang juga bisa dimulai sejak usia sembilan tahun.

Menariknya, tanda-tanda yang dirumuskan ulama ini selaras dengan indikator pubertas dalam ilmu perkembangan. Intinya sama: kematangan organ reproduksi dan perubahan hormonal yang masif.

Secara biologis, semua ini dipicu kelenjar pituitari di bawah otak. Pada laki-laki, hormon yang dirangsang memicu testis memproduksi testosteron dan sperma. Produksi sperma inilah yang kemudian menyebabkan mimpi basah.

Di sisi lain, pada perempuan, perubahan didorong oleh perkembangan ovarium. Organ ini memproduksi sel telur serta hormon estrogen dan progesteron. Setiap bulan, sel telur dilepaskan dan rahim dipersiapkan untuk kehamilan. Jika tak ada pembuahan, lapisan rahim yang penuh darah itu akan luruh. Itulah yang kita kenal sebagai haid.

Konsekuensinya, tubuh pun berubah. Pada laki-laki, suara memberat, jakun tumbuh, kumis dan janggut mulai muncul, diikuti rambut di ketiak dan sekitar kemaluan. Perempuan mengalami pembesaran payudara dan pinggul, suara yang lebih halus, serta ciri-ciri kewanitaan lainnya.

Kewajiban yang Menyertai Balig

Namun, kewajiban syariat itu tidak serta merta jatuh begitu saja. Ada syarat penting lainnya: akal yang sehat. Hanya mereka yang berakal sehat yang bisa membedakan baik-buruk dan manfaat-bahaya yang dibebani tanggung jawab penuh. Inilah yang disebut ‘akil balig’.

Dasarnya jelas, salah satunya sebuah hadis yang diriwayatkan dari Sahabat Ali ra.:

رُفِعَ القلمُ عن الصبيّ حتى يبلُغَ، وعن النائمِ حتى يستيقظَ، وعن المجنونِ حتى يُفيقَ

“Pena (pencatatan amal) diangkat dari anak kecil hingga ia balig, dari orang yang tidur hingga ia terbangun, dan dari orang gila hingga ia sadar kembali.”

Jadi, kewajiban bagi seorang akil balig mencakup tiga hal: menjalankan perintah, menjauhi larangan, dan menuntut ilmu.

Ragam Perintah dan Larangan

Perintah Allah itu ada yang bersifat wajib (fardu) dan ada yang sunah (anjuran). Begitu pula larangan-Nya; ada yang haram dan ada yang makruh.


Halaman:

Komentar