Dosen di Persimpangan: Saat Dunia Nyata Kian Samar di Balik Layar

- Rabu, 24 Desember 2025 | 11:00 WIB
Dosen di Persimpangan: Saat Dunia Nyata Kian Samar di Balik Layar

Namun begitu, saya was-was. Daya kritis mereka terancam tumpul oleh arus informasi instan. Saya tidak ingin mereka jadi korban propaganda atau informasi salah. Mereka harus bisa berpikir jernih dan mengambil keputusan yang tepat.

Mencari Jalan Keluar

Dari sekadar mengeluh, tentu kita harus melangkah lebih jauh. Berdasarkan refleksi sepanjang tahun ini, beberapa hal ini mungkin bisa jadi pertimbangan.

Pertama, pendidikan harusnya membentuk manusia seutuhnya. Saat gawai mendominasi, peran dosen adalah menjadi penyeimbang. Ini tantangan yang nyata. Mungkin, literasi digital perlu dijadikan bagian dari kurikulum, agar mahasiswa bisa menguasai teknologi, bukan dikuasainya.

Kedua, kontrol sosial itu dipelajari dari praktik, bukan hafalan. Kampus perlu lebih sering mengajak mahasiswa terjun ke komunitas. Ikut proyek sosial atau kerja bakti, misalnya. Dari situ, mereka belajar arti hidup bermasyarakat yang sebenarnya.

Ketiga, daya kritis harus terus diasah. Ruang kelas harus jadi tempat aman untuk bertanya dan berdebat. Dosen perlu mendorong mahasiswa mempertanyakan sumber, membandingkan sudut pandang. Di sini, kesalahan adalah bagian dari proses belajar.

Keempat, kolaborasi itu kunci. Pendidikan bukan cuma tugas kampus. Orang tua dan masyarakat harus terlibat aktif. Bayangkan jika kampus jadi pusat interaksi nyata antara ilmu, nilai-nilai, dan kehidupan sehari-hari. Jaringannya akan jauh lebih kuat.

Kelima, kita perlu visi pendidikan baru. Visi yang menyeimbangkan teknologi dan sisi kemanusiaan. Kebijakan harus mendukung, menempatkan literasi digital, kecerdasan emosional, dan kepedulian lingkungan sebagai pilar utama. Tujuannya jelas: mencetak generasi yang tidak hanya pintar, tapi juga punya integritas.

Menutup dengan Harapan

Akhirnya, saya ingin mengajak semua pihak orang tua, masyarakat untuk bergandengan tangan. Kita punya tanggung jawab bersama. Butuh visi yang jelas dan keberanian untuk berubah.

Semoga di masa depan, kita bisa melihat anak-anak kita tumbuh sebagai pribadi yang seimbang. Berpengetahuan, tapi juga berakhlak. Paham bahwa hidup ini, sungguh, lebih kaya dan berarti dari sekadar apa yang tertampil di layar gawai mereka.


Halaman:

Komentar