Persoalan lain yang ia soroti adalah kebiasaan lama yang boros: membawa rombongan besar saat kunjungan kerja. Menurutnya, ini cuma membebani daerah yang dikunjungi dan menguntungkan pihak-pihak seperti maskapai atau hotel. "Kenapa harus didampingi oleh banyak orang?" tanyanya retoris.
Tak cuma soal perjalanan, Nasaruddin juga memberi pesan keras ke jajarannya di daerah. Saat ia berkunjung, jangan sekali-kali memberikan fasilitas atau pemberian di luar haknya sebagai menteri. Ia mengaku sangat serius dengan hal ini.
"Dan saya juga minta kepada Kanwil, pejabat yang saya kunjungi, jangan pernah memberikan apa pun yang bukan haknya Menteri," ucapnya.
Lalu, kalau ada yang nekat memberi? Nasaruddin punya prosedur tetap: dikembalikan. Bahkan, beberapa kali pemberian seperti itu sudah ia serahkan ke KPK. Ia tak mau publikasi berlebihan soal pengembalian ini. "Karena tidak ada untungnya juga, nanti ada rianya," tutupnya lugas.
Jadi, begitulah. Gaya kepemimpinannya jelas ingin berbeda, menekankan keteladanan dan penghematan mulai dari lingkungan internal kementerian sendiri. Langkah-langkahnya mungkin terasa sederhana, tapi justru di situlah tantangannya.
Artikel Terkait
Tiga Eks Petinggi BJB Diadili, Kerugian Negara Rp671 Miliar dari Kredit Sritex
Ketika Kata-Kata Tak Punya Tempat Pulang
Menteri Agama: Dana Umat Rp1.200 Triliun, Raksasa Tidur yang Harus Dibangunkan
KH Maruf Amin Mundur Ganda: Tinggalkan Kursi Dewan Syuro PKB Usai Lepas Jabatan di MUI