Di Tapanuli Tengah, tepatnya di kawasan Hutanabolon, suasana Selasa (23/12/2025) itu terasa berbeda. Bekas-bekas banjir bandang dan longsor masih jelas terlihat, menggenang di sepanjang jalan menuju Gereja HKBP Ressort Tuka. Tapi itu semua tak menyurutkan langkah para jemaat.
Dengan pakaian yang tetap rapi kemeja, rok, dan celana panjang mereka berjalan pelan. Ada yang dengan sigap menaikkan ujung celana, ada pula yang mengangkat roknya sedikit, untuk menerjang sisa-sisa air dan lumpur yang masih menutupi jalan. Wajah mereka tampak tenang, bahkan sesekali tersenyum kepada sesama yang berpapasan. Sebuah pemandangan yang sungguh mengharukan di tengah kondisi yang serba tak menentu.
Menurut sejumlah saksi, bencana yang melanda beberapa hari sebelumnya memang cukup parah. Namun begitu, semangat untuk berkumpul dan beribadah justru tak pernah padam. Gereja itu pun tetap membuka pintunya, melanjutkan rencana ibadah pra-Natal seperti yang sudah dijadwalkan.
“Kami memutuskan untuk tetap melaksanakan ibadah. Ini penting untuk menguatkan hati kami bersama,” ujar salah seorang pengurus gereja.
Di sisi lain, kejadian ini memperlihatkan keteguhan yang luar biasa. Di balik kerapian pakaian mereka, tersimpan cerita tentang perjuangan kecil: berjalan kaki dari rumah yang mungkin masih tergenang, melewati jalan yang licin, demi sebuah kebersamaan. Ibadah sebelum Natal tahun ini, meski diwarnai kesulitan, justru terasa lebih bermakna.
Artikel Terkait
Zona Putih Jakarta: 15 Titik Strategis Dilarang Pasang Atribut Partai
Sudan: Bencana yang Terlupakan di Tengah Hiruk-Pikuk Dunia
Tiga Eks Petinggi BJB Diadili, Kerugian Negara Rp671 Miliar dari Kredit Sritex
Ketika Kata-Kata Tak Punya Tempat Pulang