Salim melihat Jogokariyan hanyalah contoh kecil.
“Jogokariyan ini hanya role model kecil. Masjid-masjid yang lebih besar tentu bisa melakukan jauh lebih banyak dan memberi dampak yang lebih luas bagi umat,” papar Ustadz Salim.
Ilmu untuk Diamalkan, Bukan Disimpan
Ahmad Syauqi Soeratno, anggota DPD RI DIY yang hadir dalam pemakaman, punya kesan mendalam. Ia menyebut Kyai Jazir sebagai guru yang menjadikan ilmu sebagai sarana membina, bukan sekadar otoritas untuk disimpan.
“Beliau guru yang luar biasa. Tidak pernah merahasiakan ilmu. Bagi beliau, ilmu itu maknanya kemanfaatan.”
Menurut Syauqi, pesan tentang persatuan umat dan peran vital masjid dalam menjawab kebutuhan sosial adalah hal yang selalu ditekankan almarhum.
“Saya sangat terkesan dengan istiqomah beliau membawa semangat itu. Rasanya ini patut dan pantas untuk kita jaga dan pertahankan.”
Lebih dari Sekadar Bangunan
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, juga hadir. Ia teringat satu momen saat masih menjabat sebagai Bupati Kulon Progo. Kyai Jazir pernah menegurnya dengan halus namun penuh makna.
“Beliau pernah menegur saya: tidak hanya membuat masjid kalau mau punya amal jariah. Urus juga warga Girimulyo yang kekurangan air. Kalau mereka punya air, bisa bersuci, bisa wudhu, amal jariahnya mengalir,” kenang Hasto.
Bagi Hasto, pesan sederhana itu punya arti sangat dalam. Itu mencerminkan cara pandang Kyai Jazir yang melihat masjid sebagai bagian tak terpisahkan dari upaya memakmurkan kehidupan masyarakat secara nyata.
“Beliau mengajarkan bahwa masjid harus memakmurkan masyarakat. Itu yang sangat membekas,” ujarnya menutup percakapan.
Artikel Terkait
Menteri Agama Gebrak: Tak Satu Izin Keluar Negeri Pakai APBN Saya Keluarkan
BNPB: Pembangunan Huntara dan Huntap Mulai Digarap di Tiga Provinsi Pascabencana
Ponsel Misterius dan Percakapan yang Hilang dalam OTT KPK di Bekasi
Ibadah Tetap Jalan, Meski Jalanan Masih Tergenang