Menghadapi bonus demografi dan segudang tantangan ke depan, KOWANI kembali menegaskan komitmennya. Perjuangan mereka akan fokus pada isu-isu strategis yang konkret. Beberapa di antaranya adalah persoalan kesehatan perempuan, termasuk stunting dan anemia, serta upaya pencegahan TBC dan penyakit menular lainnya.
Isu kekerasan terhadap perempuan dan anak juga jadi perhatian utama, begitu pula dengan pemberantasan perdagangan manusia dan segala bentuk eksploitasi. KOWANI juga berkomitmen untuk memperjuangkan perlindungan bagi anak terlantar, penyandang disabilitas, dan tentu saja, pekerja migran Indonesia agar mereka bisa bekerja secara bermartabat.
Menjelang usia satu abadnya pada 2028, KOWANI menegaskan bahwa fase ini adalah masa untuk kerja nyata, bukan euforia kosong. Seluruh gerakan perempuan diarahkan untuk mendukung cita-cita pembangunan, baik ASTA CITA, SDGs, maupun terwujudnya SDM Unggul menuju Indonesia Emas 2045.
Tak lupa, sebuah seruan digaungkan. KOWANI mengajak seluruh perempuan Indonesia untuk bersatu dalam satu barisan gerakan nasional: STOP Narkoba, STOP Kekerasan, STOP Perdagangan Manusia, STOP Anak Terlantar, dan STOP TBC. Semua itu, demi masa depan bangsa yang lebih berkeadaban.
“Hari Ibu ke-97 adalah momentum pengabdian bersama,” tutup Nannie.
“Ketika perempuan Indonesia sehat, berdaya, dan bermartabat, bangsa ini akan melangkah pasti ke masa depan.”
Artikel Terkait
Ancaman Bom Melalui Email Gegerkan Sepuluh SMA di Depok
Tiga Eks Dirut Bank DKI Diadili Atas Dugaan Kredit Fiktif Sritex Rp150 Miliar
Palembang Gelontorkan Rp 12,7 Miliar untuk Atlet Berprestasi
Kapolri Pimpin Apel Banser Cirebon, 11 Ribu Personel Siap Amankan Nataru