Tak lupa, ia memberi apresiasi pada kontribusi lain para ibu Lampung: menjaga budaya. Nilai-nilai seperti Piil Pesenggiri, Nemui Nyimah, dan Sakai Sambayan tetap hidup justru karena diwariskan turun-temurun di dalam rumah. “Budaya ini tidak hanya diajarkan melalui buku di sekolah, tetapi ditanamkan dari rumah. Inilah kontribusi nyata para ibu di Provinsi Lampung,” jelasnya.
Ajakan terakhirnya jelas: perempuan Lampung harus terus berkembang, beradaptasi dengan zaman, tanpa lupa pada peran strategisnya. “Perempuan Lampung harus semakin maju, semakin kuat, dan semakin bersinar. Karena jika perempuannya kuat, keluarganya akan kuat. Jika keluarga kuat, maka daerah dan negara ini juga akan kuat,” tutupnya.
Sementara itu, dari sudut pandang yang sedikit berbeda, Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Lampung, Purnama Wulan Sari Mirza atau Batin Wulan, menekankan satu hal yang kerap terlupa: kesehatan mental ibu.
“Dzikir menjadi sarana menenangkan jiwa, mendekatkan diri kepada Allah SWT, sekaligus memperkuat keimanan,” ujar Batin Wulan.
Baginya, ibu dengan jiwa yang tenang dan kuat akan lebih mampu menanamkan nilai-nilai positif pada anak-anak. Momentum Hari Ibu, tegas dia, bukan sekadar seremoni belaka. Ini harus jadi ajang refleksi untuk terus berkarya dan memberi manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat.
“Peringatan Hari Ibu bukan sekadar seremoni, tetapi penguatan peran strategis perempuan dalam mewujudkan keluarga sehat, sejahtera, dan berdaya,” pungkasnya.
Artikel Terkait
Drama Donasi Digital: Ketika Empati Diperdagangkan di Layar Ponsel
Bantuan BCA Tiba di Pengungsian Aceh Tamiang, Dukung Pemulihan Pasca-Banjir
Pemerintah Siapkan Diskon Massal untuk Antisipasi 60 Juta Pemudik Nataru
Sekretaris Kabinet dan Kepala BMKG Bahas Persiapan Cuaca Libur Akhir Tahun