Suara gemuruh yang keras sempat mengguncang kawasan perbatasan Lumajang dan Malang, Rabu (19/11) lalu. Gunung Semeru kembali menunjukkan amukannya, memuntahkan awan panas yang mencapai jarak 8,5 kilometer dari puncaknya.
Dua kecamatan langsung merasakan dampaknya: Pronojiwo dan Candipuro. Namun begitu, kehidupan di Jalan Raya Pronojiwo pada Kamis pagi (20/11) terlihat masih ramai oleh lalu lintas kendaraan. Kendati debu vulkanik masih jelas terlihat menyelimuti jalanan hingga atap-atap rumah, aktivitas warga seolah tak sepenuhnya berhenti.
Di tengah situasi itu, sejumlah petugas dari Dishub dan kepolisian tampak sigap. Mereka mengatur arus kendaraan dan tak henti-hentinya mengingatkan para pengendara untuk ekstra hati-hati melintas.
Dari balik teras rumahnya di Desa Sumberowo, Arista (36) menceritakan detik-detik erupsi terjadi. "Abu tebal sini kena. Iya (terdengar gemuruh), malah kenceng banget kayak kemarin," kenangnya. Ia menggambarkan kepulan abu yang terus mengepul deras, membubung tinggi di langit. "Ngopi di sini terus der..der..mengepul abunya sampai sana," ujarnya.
Meski erupsi utama telah lewat, rasa khawatir masih jelas terpancar dari raut wajah Arista. Asap yang masih terlihat membubung dari puncak Semeru membuatnya waswas akan adanya letusan susulan. "Saya lihat masih khawatir ya dari asapnya itu," ucapnya lirih, tatapannya menerawang ke arah gunung.
Artikel Terkait
Roblox Pasang Teknologi Deteksi Usia, Ini Respons Pemerintah
Gladak Perak Masih Tertutup Abu, Suasana Mencekam Menyergap
187 Pendaki Semeru Akhirnya Dievakuasi Setelah Terjebak Erupsi
Polemik Harimau Kurus Ragunan: Gubernur Buka Suara soal Video Viral