Kritik Pedas Tere Liye: Inkonsistensi Penegakan Hukum di Indonesia
Sastrawan Terkenal Soroti Dualisme Sikap Aparat Terhadap Putusan MK
Tere Liye, sastrawan ternama Indonesia
Jakarta - Gelombang kritik kembali dilancarkan sastrawan ternama Tere Liye terhadap praktik penegakan hukum di Indonesia. Melalui unggahan media sosialnya, penulis produktif ini menyoroti fenomena inkonsistensi aparat dalam menindaklanjuti putusan Mahkamah Konstitusi (MK).
"Keputusan MK yang jelas-jelas mengikat harus segera dilaksanakan, tapi kenapa masih ada keraguan? Pejabat-pejabat ini, elit-elit, sungguh memprihatinkan," tulis Tere Liye dengan nada keras.
Menurut pengamatan Tere Liye, terdapat perbedaan mencolok dalam kecepatan eksekusi putusan MK. Dia membandingkan antara keputusan yang mengatur usia calon wakil presiden yang cepat dilaksanakan dengan putusan-putusan lain yang justru ditanggapi dengan lamban.
Anggaran Besar vs Kinerja
Sorotan tajam juga diarahkan pada institusi Kepolisian Republik Indonesia. Dengan anggaran mencapai Rp 140 triliun, Tere Liye mempertanyakan kenapa masih terdapat sekitar 300 perwira tinggi yang merangkap jabatan sipil.
Artikel Terkait
Revisi UU Pemerintahan Aceh: Menjawab Tantangan Disharmoni dan Tata Kelola Dana Otsus
KPK Sita Rumah dan Kendaraan Mewah dalam OTT Korupsi Kuota Haji
Prabowo Pangling, Salah Sangka Sri Sultan sebagai Kapten Pasukan Khusus
Menguak Batas Semantik: Mengapa Istilah Mukmin Tak Dapat Diuniversalkan