MURIANETWORK.COM -Kasus dugaan korupsi pengadaan mesin Electronic Data Capture (EDC) di PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) (Persero) Tbk tahun 2020-2024 diduga merugikan keuangan negara mencapai Rp700 miliar atau sebesar 30 persen dari nilai anggaran sebesar Rp2,1 triliun.
Jurubicara KPK, Budi Prasetyo mengatakan, tim penyidik telah melakukan penghitungan sementara terkait kerugian keuangan negara dalam perkara baru ini.
"Hitungan dari tim penyidik diduga total kerugian negaranya mencapai sekitar Rp700 miliar atau sekitar 30 persen dari nilai anggaran dalam pengadaan mesin EDC tersebut," kata Budi kepada wartawan di Gedung Merah Putih KPK, Jalan Kuningan Persada Kav 4, Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa sore, 1 Juli 2025.
Budi memastikan, nilai kerugian keuangan negara tersebut dimungkinkan akan bertambah setelah KPK menggandeng pihak-pihak terkait untuk melakukan penghitungan kerugian keuangan negaranya.
"Hitungan sementara dari tim penyidik, dan masih terbuka kemungkinan untuk kemudian nanti angkanya bertambah. Tentunya dalam penghitungan kerugian keuangan negara tentunya KPK berkoordinasi dengan pihak-pihak, baik BPK ataupun nanti BPKP untuk menghitung nilai kerugian negara tersebut," pungkas Budi.
Pada Kamis, 26 Juni 2025, KPK resmi mengumumkan perkara baru terkait dugaan korupsi pengadaan mesin EDC di BRI. Namun, KPK belum menetapkan tersangka dalam perkara ini karena masih menggunakan Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) Umum. Yang pasti, perkara ini melibatkan mantan pejabat BRI.
Perkara korupsi ini sudah berlangsung selama 5 tahun sejak 2020-2024 dengan nilai proyek pengadaan mesin EDC sebesar Rp2,1 triliun.
Dalam perkara ini, KPK telah memeriksa mantan Wakil Direktur Utama (Wadirut) BRI, Catur Budi Harto pada Kamis, 26 Juni 2025.
Selain itu, KPK juga sudah menggeledah 2 kantor BRI di Sudirman dan Gatot Subroto pada Kamis, 26 Juni 2025. Dari sana, KPK menyita barang bukti elektronik (BBE), dokumen pengadaan, hingga catatan keuangan.
Tak hanya itu, sejak 26 Juni 2025, KPK sudah mencegah 13 orang agar tidak bepergian ke luar negeri selama 6 bulan ke depan. Namun demikian, KPK belum mengungkap identitas para pihak yang dicegah tersebut.
Sumber: RMOL
Artikel Terkait
Thomas Lembong Heran: Kenapa Tidak Ada Tersangka dari Koperasi Polisi dan Angkatan Darat?
Tom Lembong Ungkap Izin Impor Gula ke Koperasi Atas Perintah Presiden Jokowi
Tom Lembong Ungkap Perintah Jokowi di Sidang Kasus Gula, Kejagung Tunggu Perintah Hakim
Mengapa Polisi Tak Mengusut Budi Arie Soal Beking Judi Online?