Dia melanjutkan dengan nada menengahi, “Aku cuma menengahi di sini, bukan waktunya sekarang itu mencari siapa yang paling oke, siapa yang paling pintar… tapi bagaimana kita bersinergi. Kita itu bermasyarakat, bersatu, bukan saling berantem.”
Sayangnya, niat menengahi itu justru dipersepsikan lain oleh banyak warganet. Mereka menilai membandingkan satu bencana dengan bencana lain adalah langkah yang kurang etis. Apalagi, Depe juga menyelipkan komentar tentang orang-orang yang kerap mencela pemerintah. “Yang ngata-ngatain, makanya mungkin ada kepentingan, ada orang yang pengen jadi presiden kali,” tambahnya.
Di sisi lain, Depe punya alasan personal mengapa dia membela upaya bantuan bencana. Anaknya, yang kini menjadi anggota TNI, memberinya gambaran langsung tentang betapa sulitnya medan di lokasi bencana.
“Apalagi anak aku di TNI, pagi siang sore malam anak aku melihat bapak-bapak TNI jalan kaki memberikan bantuan, karena medannya untuk memberikan bantuan juga kita melihat (sangat sulit),” jelasnya dengan semangat.
Pernyataan-pernyataan itu, meski kontroversial, telah menyebar luas. Kini, publik terbelah antara yang setuju dengan semangat kebersamaannya dan yang mengkritik cara penyampaiannya yang dianggap kurang tepat.
Artikel Terkait
The Palace Jeweler Buka Gerai Perdana di Sorong, Papua Barat Daya
Persiapan Liburan 2026 Lebih Hemat dengan Cashback Rp350 Ribu di Mister Aladin
Wardatina Mawa Tegaskan Cerai, Tunggu Proses Hukum Perselingkuhan Fahmi
Drillytics Raih Penghargaan Bergengsi di Tokyo, Buktikan Inovasi Energi Indonesia Mendunia