Dampak Maraknya Impor Baja terhadap Lapangan Kerja
Maraknya impor baja disebut telah menggerus lapangan kerja bagi tenaga kerja lulusan STM atau SMK, yang selama ini menjadi tulang punggung industri konstruksi baja nasional. Budi menyatakan bahwa derasnya impor telah membuat banyak pelaku usaha kecil dan menengah kehilangan pesanan, sehingga tidak lagi bisa mempekerjakan banyak tenaga kerja terampil.
Data Kapasitas Produksi dan Volume Impor Baja
Budi mengungkapkan, fenomena impor baja ini telah berlangsung sejak 2017. Hingga Juli 2025, total baja konstruksi yang masuk dari Vietnam dan China sudah mencapai 600 ribu ton. Angka ini sangat signifikan mengingat kapasitas produksi dalam negeri hanya sekitar 1 juta ton per tahun. Hal ini berpotensi menghilangkan banyak lapangan kerja di sektor ini.
Kerugian Triliunan Rupiah dan Praktik Predatory Pricing
Kerugian yang ditimbulkan tidak hanya triliunan rupiah dari sisi industri, tetapi juga merusak rantai pasok yang lebih luas. ISSC menilai masuknya baja konstruksi asing bukan karena kurangnya kapasitas nasional, melainkan akibat praktik predatory pricing, perbedaan aturan antarnegara, dan lemahnya pengawasan impor.
Artikel Terkait
IHSG Tergelincir 80 Poin, Sentimen Negatif Gempur Pasar
Air Borneo Siap Terbang, Sambungkan Sarawak dan Ibu Kota Nusantara
IHSG Tergelincir 80 Poin, Lotte Chemical Anjlok 15%
Ekspor Perikanan Tembus USD 5 Miliar, ASEAN Jadi Pasar Andalan