Namun begitu, sorotan utama tetap pada Timur Tengah. Kekhawatiran pasokan kembali muncul setelah koalisi pimpinan Arab Saudi melancarkan serangan. Sasaran mereka disebut-sebut sebagai dukungan militer asing untuk separatis selatan Yaman yang didukung Uni Emirat Arab (UEA).
Arab Saudi bersikap tegas. Mereka menegaskan bahwa keamanan nasionalnya adalah garis merah yang tak boleh dilanggar. Mereka juga mendukung seruan agar pasukan UEA meninggalkan Yaman dalam waktu 24 jam.
Pernyataan keras ini muncul tak lama setelah serangan udara di pelabuhan Mukalla, Yaman selatan. Reaksi UEA pun datang. Mereka menyatakan kekecewaan dan keterkejutan atas serangan tersebut.
Kementerian Pertahanan UEA kemudian mengklarifikasi bahwa mereka telah secara sukarela mengakhiri misi unit kontra-terorisme di Yaman. Ini adalah satu-satunya pasukan mereka yang masih tersisa di negara itu sejak menarik kehadiran militernya pada 2019.
Belum selesai di Yaman, pasar juga mencatat pernyataan keras dari Presiden AS Donald Trump. Ia mengatakan Amerika Serikat bisa mendukung serangan besar lainnya terhadap Iran jika Teheran kembali membangun program rudal balistik atau senjata nuklir. Ancaman ini menambah daftar ketegangan di kawasan penghasil minyak utama dunia.
Jadi, di satu sisi ada ketegangan geopolitik yang mendongkrak sentimen. Tapi di sisi lain, hantu kelebihan pasokan global masih berkeliaran dan membayangi. Persepsi ini diyakini akan membatasi kenaikan harga minyak untuk sementara waktu.
“Harga diperkirakan cenderung melemah pada kuartal pertama 2026 seiring meningkatnya surplus minyak,” ujar Ed Meir, analis di Marex.
Singkatnya, pasar seperti terjebak di persimpangan. Di depan, ada jalan bernama ketegangan geopolitik yang mendongkrak harga. Di belakang, ada jalan bernama surplus pasokan yang menekannya. Untuk sekarang, mereka memilih berhenti sejenak, menunggu petunjuk yang lebih jelas.
Artikel Terkait
Konglomerasi Cetak Rekor, IHSG Melesat 22% di 2025
Geliat 15 Bendungan Baru: Dari Way Apu yang Hampir Rampung hingga Riam Kiwa yang Baru Dimulai
CUAN Rebut 20% Saham SINI, Sinyal Akuisisi Bertahap Dimulai
Menperin Pacu Industri Nonmigas Tumbuh 5,51% di Tengah Tantangan Impor