Harga Minyak Terjebak di Persimpangan: Ketegangan Geopolitik Vs Bayang-Bayang Surplus

- Rabu, 31 Desember 2025 | 08:15 WIB
Harga Minyak Terjebak di Persimpangan: Ketegangan Geopolitik Vs Bayang-Bayang Surplus

Pasar minyak dunia tampak menarik napas sejenak di tengah gejolak. Setelah sesi Selasa (30/12/2025) yang cukup berombak, harga akhirnya bergerak datar. Investor tampaknya sedang menimbang-nimbang dua hal: prospek perdamaian Rusia-Ukraina yang tiba-tiba suram dan eskalasi ketegangan baru di kawasan Timur Tengah, khususnya di Yaman.

Kontrak berjangka Brent untuk pengiriman Februari ditutup nyaris tak berubah, cuma turun 0,03 persen ke level USD 61,92 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS sedikit melemah 0,22 persen menjadi USD 57,95. Pergerakan ini terasa tenang dibandingkan lonjakan lebih dari 2 persen di sesi sebelumnya.

Lonjakan Senin itu dipicu dua hal utama. Pertama, serangan udara Arab Saudi ke Yaman. Kedua, dan ini yang bikin banyak pihak cemas, adalah tudingan Moskow bahwa Kyiv menargetkan kediaman Presiden Putin. Kabar itu langsung meredupkan optimisme soal kesepakatan damai yang sudah di depan mata.

“Hambatan terbaru ini bisa membuat premi risiko kembali masuk ke komoditas, sehingga harga bergerak di wilayah abu-abu,” tulis Matt Portillo, analis di Tudor, Pickering Holt.

Ia merujuk langsung pada insiden yang dituduhkan Rusia itu. Reaksi Moskow pun keras. Mereka menyatakan akan memperketat posisi di meja perundingan. Sementara Ukraina membantah habis-habisan, menyebut tudingan itu mengada-ada dan cuma taktik untuk menggagalkan negosiasi.

“Kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina berpotensi tertunda lebih jauh, dan ini mendukung harga,” kata Dennis Kissler, Wakil Presiden Senior Perdagangan di BOK Financial.

Meski begitu, Kissler menambahkan bahwa dampak riil terhadap ekspor minyak mentah sejauh ini masih minimal. Jadi, dukungannya lebih ke sentimen ketimbang gangguan pasokan fisik.

Di sisi lain, ada faktor pendukung lain yang menahan harga dari jatuh lebih dalam. Menurut Giovanni Staunovo, analis UBS, pasar juga mencermati blokade AS terhadap minyak Venezuela dan penangguhan ekspor CPC Blend Kaspia akibat cuaca buruk. Dua hal ini sedikit mengencangkan pasokan.


Halaman:

Komentar