Namun begitu, tidak semua sektor terpuruk. Energi justru menunjukkan performa bagus dengan kenaikan hampir 1%, beriringan dengan melambungnya harga minyak bumi sebesar 2%.
Perhatian juga tertuju pada saham perbankan. Setelah reli kuat sepanjang tahun, saham-saham bank mulai mengalami koreksi. Ambil contoh Citigroup. Sahamnya sebenarnya sudah naik hampir 68% sejak Januari berkat penyelesaian sejumlah masalah regulasi, tapi kini ikut terseret arus penjualan.
Penurunan ini terjadi saat S&P 500 sudah mendekati angka psikologis 7.000 poin hanya selisih 1% lagi. Padahal, baru minggu lalu Dow Jones saja mencatatkan rekor penutupan tertinggi. Situasinya memang berbalik cepat.
Di tengah keraguan ini, masih ada harapan untuk "Santa Claus Rally". Fenomena musiman itu biasanya mendongkrak S&P 500 dalam lima hari terakhir perdagangan tahun ini plus dua hari pertama di Januari. Dan secara keseluruhan, tren bulanan masih positif. Dow dan S&P 500 bahkan menuju bulan kedelapan berturut-turut di zona hijau.
Bull market yang berjalan sejak Oktober 2022 ternyata masih cukup kokoh. Meski ada kekhawatiran soal valuasi teknologi yang dianggap terlalu mahal dan volatilitas yang muncul, sentimen pedagang tetap optimis. Antusiasme pada AI, ekspektasi penurunan suku bunga, dan fundamental ekonomi yang dianggap tangguh menjadi penyangga utama. Alhasil, ketiga indeks besar ini masih berpeluang mencetak kenaikan tahunan untuk tahun ketiga secara beruntun.
Artikel Terkait
BRI Raih Penghargaan untuk Pemberdayaan Ekonomi Akar Rumput
Saham Emas Rontok, Ikuti Aksi Ambil Untung di Pasar Global
Bali Justru Ramai Turis Asing, Meski Kunjungan Domestik Menyusut
IHSG Tutup Tahun 2025 dengan Catatan Merah, Sejumlah Sektor Bertahan Hijau